Siang ini aku mendapatkan sebuah pesan singkat dari seorang teman yang sekarang sedang berada di rumah sakit jiwa di Pekanbaru. Dalam rangka magang atau plesiran kurang tahu juga tapi yang pasti menyenangkan sepertinya berada disana. Sebuah tebakan sepihak. Tapi bukan masalah keberadaan dia disana yang akan jadi bahasan tulisan ini. Kembali ke akar permasalahannya, isi pesan singkat yang dikirimkan padaku –dan teman yang lain mungkin.
Begini kira-kira isi smsnya, aku kutipkan secara bebas untuk anda pembaca dan pengunjung blog yang terhormat ;
Isi sms yang sempat membuatku tersenyum antara geli dan getir. Betapa ternyata untuk menjadi seorang presiden di negeri adidaya hanya perlu sekolah sampai SD di negeri sekelas indonesia. Hal yang sangat menggelikan sekaligus menyedihkan karena ternyata pendidikan yang benar dan berkualitas di negeri ini hanya terjadi di sekolah dasar –ini dulu mungkin, sekarang semua sama. Selebihnya setelah itu, sekolah hanya tempat indoktrinasi, menyeragamkan pola pikir, membelenggu kreativitas, tempat mengajarkan kekejaman, pewarisan dendam dan sarana mencari gelar untuk menjadi pesuruh di negerinya sendiri.
Pantas saja banyak orang tua yang menyekolahkan anaknya ke luar negeri. Dulu aku selalu berpikir, kalau mereka yang menyekolahkan anaknya di luar negeri adalah orang sombong yang tak cinta tanah air. Namun belakangan, paradigma ini sedikit berubah, bukan karena sombong atau ingin bergaya namun lebih pada ketidakpercayaan pada mutu dan kualitas pendidikan di negeri ini. Ada masalah yang lebih kompleks di balik itu semua, bukan sekedar tak adanya rasa patriotisme dalam diri.
Pendidikan di negeri ini tak hanya dikhianati rakyatnya sendiri, jauh sebelum itu para elit telah melakukannya terlebih dahulu. Memotong anggaran pendidikan, korupsi dan lainnya membuktikan betapa tak pedulinya mereka terhadap kualitas pendidikan di negeri ini. Ketidakpedulian yang terjadi entah secara sengaja atau tidak.
Hal menggelikan lainnya adalah ternyata begitu mudahnya hal-hal remeh menjadi sesuatu yang besar di negeri ini. Amerika yang dapat presiden baru, Indonesia yang kegirangan dan bangga, sebuah kebanggaan sepihak hanya karena presiden terpilih pernah bersekolah di indonesia. Padahal menguntungkan atau berpihak pada Indonesia pun belum tentu dia lakukan. Ah, yang penting dia pernah tinggal di Indonesia, tercantum di curriculum vitaenya nama negara kita tercinta, cukuplah itu menjadi sebuah kebanggaan, added value katanya.
Yah, Obama hanya cukup beruntung SD di Indonesia kemudian segera pindah. Kalau dia nekat meneruskan sampai kuliah disini, mungkin nasibnya tak akan berbeda dengan lulusan perguruan tinggi lainnya di negeri ini. Jadi pengangguran. Yah, lulusan perguruan tinggi dan pemuda di negeri ini lebih berpengalaman menjadi pengangguran ketimbang memiliki pengalaman kerja.
Dan Akhirnya, tak perlu jadi seorang penguasa untuk dapat menguasai sesuatu. Cukuplah jadi pedagang. Amerika sudah membuktikannya. Tak ada seorangpun Amerika yang jadi presiden di negeri ini, tapi mereka bisa menguasai presiden Indonesia. Lihat saja exxon, freeport dan perusahaan Amerika lainnya, apa yang sudah mereka lakukan? menjarah kekayaan Indonesia, menyengsarakan rakyat tapi apa yang dilakukan presiden Indonesia? Diam saja. Yah, karena dia sudah dikuasai mereka.
Begini kira-kira isi smsnya, aku kutipkan secara bebas untuk anda pembaca dan pengunjung blog yang terhormat ;
“Da lelucon dari yusuf kalla di tribun riau.
Belliau mengatakan “pendi2kn di tanh air qt luar biasa.buktina obama.
Dy lu2san SD Indonesia bs jd presidaen AS. Tu baru SD.
Coba mpe skrg lu2san univ.
Di AS gk da kan yg prnh jd presiden RI?
(beri tanggapan)”
Belliau mengatakan “pendi2kn di tanh air qt luar biasa.buktina obama.
Dy lu2san SD Indonesia bs jd presidaen AS. Tu baru SD.
Coba mpe skrg lu2san univ.
Di AS gk da kan yg prnh jd presiden RI?
(beri tanggapan)”
Isi sms yang sempat membuatku tersenyum antara geli dan getir. Betapa ternyata untuk menjadi seorang presiden di negeri adidaya hanya perlu sekolah sampai SD di negeri sekelas indonesia. Hal yang sangat menggelikan sekaligus menyedihkan karena ternyata pendidikan yang benar dan berkualitas di negeri ini hanya terjadi di sekolah dasar –ini dulu mungkin, sekarang semua sama. Selebihnya setelah itu, sekolah hanya tempat indoktrinasi, menyeragamkan pola pikir, membelenggu kreativitas, tempat mengajarkan kekejaman, pewarisan dendam dan sarana mencari gelar untuk menjadi pesuruh di negerinya sendiri.
Pantas saja banyak orang tua yang menyekolahkan anaknya ke luar negeri. Dulu aku selalu berpikir, kalau mereka yang menyekolahkan anaknya di luar negeri adalah orang sombong yang tak cinta tanah air. Namun belakangan, paradigma ini sedikit berubah, bukan karena sombong atau ingin bergaya namun lebih pada ketidakpercayaan pada mutu dan kualitas pendidikan di negeri ini. Ada masalah yang lebih kompleks di balik itu semua, bukan sekedar tak adanya rasa patriotisme dalam diri.
Pendidikan di negeri ini tak hanya dikhianati rakyatnya sendiri, jauh sebelum itu para elit telah melakukannya terlebih dahulu. Memotong anggaran pendidikan, korupsi dan lainnya membuktikan betapa tak pedulinya mereka terhadap kualitas pendidikan di negeri ini. Ketidakpedulian yang terjadi entah secara sengaja atau tidak.
Hal menggelikan lainnya adalah ternyata begitu mudahnya hal-hal remeh menjadi sesuatu yang besar di negeri ini. Amerika yang dapat presiden baru, Indonesia yang kegirangan dan bangga, sebuah kebanggaan sepihak hanya karena presiden terpilih pernah bersekolah di indonesia. Padahal menguntungkan atau berpihak pada Indonesia pun belum tentu dia lakukan. Ah, yang penting dia pernah tinggal di Indonesia, tercantum di curriculum vitaenya nama negara kita tercinta, cukuplah itu menjadi sebuah kebanggaan, added value katanya.
Yah, Obama hanya cukup beruntung SD di Indonesia kemudian segera pindah. Kalau dia nekat meneruskan sampai kuliah disini, mungkin nasibnya tak akan berbeda dengan lulusan perguruan tinggi lainnya di negeri ini. Jadi pengangguran. Yah, lulusan perguruan tinggi dan pemuda di negeri ini lebih berpengalaman menjadi pengangguran ketimbang memiliki pengalaman kerja.
Dan Akhirnya, tak perlu jadi seorang penguasa untuk dapat menguasai sesuatu. Cukuplah jadi pedagang. Amerika sudah membuktikannya. Tak ada seorangpun Amerika yang jadi presiden di negeri ini, tapi mereka bisa menguasai presiden Indonesia. Lihat saja exxon, freeport dan perusahaan Amerika lainnya, apa yang sudah mereka lakukan? menjarah kekayaan Indonesia, menyengsarakan rakyat tapi apa yang dilakukan presiden Indonesia? Diam saja. Yah, karena dia sudah dikuasai mereka.
0 komentar:
Posting Komentar