Kamis, 12 Februari 2009

KETIKA SETANpun TERZHALIMI,,

Entah harus senang atau sedih, aku bingung menyikapi hal ini. Tak tahu kenapa aku bisa dilanda dilema seperti ini. Sulit rasanya untuk menentukan bagaimana aku harus bersikap, karena hal ini memang menyenangkan tapi sekaligus mengandung sebuah bahaya. Yah, kesenangan yang berbahaya. Di satu sisi aku senang karena bonus sms 0,1 yang sempat hanya ke sesama operator kini kembali ke seluruh operator, sedang di sisi lain aku bingung karena ternyata aku baru sadar bahwa bonus ini juga menjadi sumber malapetaka buatku.

Yah, bonus sms itulah yang menjadi sumber dilemaku saat ini. Murah memang, cukup sms 10 kali dengan tarif 100 rupiah maka kita akan dapat bonus 100 sms dengan tarif 0,1 rupiah, ini artinya 100 sms hanya bernilai 10 rupiah. Siapa yang tak senang dengan hal ini. Sebuah strategi marketing yang luar biasa. Tak hanya itu, di operator lain bonus ini bisa lebih menggila lagi, hanya 1 rupiah tiap sms atau gratis sepuasnya setelah kirim sejumlah sms. Bahkan lebih jauh lagi gratis nelpon sepuasnya. Janji-janji yang tanpa disadari menjerumuskan konsumen.

Ah, jauh bahasannya kalau mengurusi operator lain. Fokus di bonus sms celaka ini saja dulu. Saat menulis ini bonus sms yang tersisa di handphoneku masih 90 lagi, jumlah yang cukup banyak. Akung sekali kalau ia tak termanfaatkan semua. Sms ini harus diberdayakan, ya, ia tak boleh terbuang sia-sia dan mubazir. Bukankah mubazir perbuatan setan? Kalau kita buat hal mubazir lantas setan buat apa? Bentuk kedzhaliman yang kita lakukan pada makhluk dari dunia lain. Tak lucu rasanya kalau saat di akhirat nanti setan pun turut menuntut kita karena telah mendzhaliminya.

Maka berbekal keyakinan itu, akupun mencari beberapa kata nasihat, dagelan, atau kata bijak yang bisa dikirimkan ke segenap orang yang kukenal. Nah, akhirnya kutemukan ia. Dengan semangat yang masih tetap membara aku mengirimkan kalimat itu pada nomor-nomor yang tercantum di list phone book ku. 1..delivered, 2..delivered, 3..delivered dan seterusnya. Hingga akhirnya bonus sms itu hanya tersisa beberapa puluh lagi, huff, betapa leganya aku saat itu. Setidaknya bonus sms itu tak mubazir.

Namun, tak lama kemudian datang pula sms dengan maksud yang tak cukup jelas. Berisikan ucapan selamat malam, selamat tidur, pantun garing, tebak-tebakan hingga yang terang-terangan numpang buang pulsa. Ini yang menjadi permasalahannya karena akhirnya sisa sms bonus tadipun kupakai untuk membalas sms-sms ini. Bahkan tak jarang terlarut dalam sms-sms tak mutu hingga melebihi bonus yang tersedia. Apa namanya kalau bukan sebuah kemubaziran.

Yah, semangat untuk menghindari tindakan mubazir ternyata hanya menjerumuskanku pada tindakan mubazir lainnya. Bahkan tak hanya itu, kadang kala pemanfaatan sms itu hanya untuk sekedar kamuflase untuk menanyakan kabar, mengucapkan selamat malam dan tindakan lainnya. Hingga tak hanya mubazir, sms itu bahkan Seringkali menjurus ke dalam sebuah kemaksiatan. Betapa ternyata seringkali aku melakukan tindakan mubazir dalam upaya untuk meghindari kemubaziran. Betapa ternyata seringkali kejahatan muncul dari niat-niat baik.

0 komentar: