Kamis, 29 Januari 2009

Ini Aku..

Kitalah yang mengetahui bagaimana kita yang sebenarnya, orang lain mungkin hanya menilai dari luar saja. Walau memang tak bisa dinafikan kadang aku memerlukan bantuan serta masukan dari orang lain untuk mengetahu nilai diriku sendiri. Masukan yang bisa menjadi bahan evaluasi bagaimana aku selama ini bersikap dalam hubungan sosialku.

Kata orang : Aku orang yang jalan pikirannya suka mengejutkan, emosian, keras kepala, galak, pikirannya sering berubah tak bisa ditebak.

Kata Orang Juga : aku orangnya textbook, tak punya ritme, datar, punya dunia sendiri yang buat jauh dengan yang lain.

Tapi aku tahu bagaimana aku,

Saat ini aku adalah orang yang susah percaya dengan orang lain, dan sampai sekarang tak banyak orang yang bisa kupercaya. Aku punya sikap individualitas yang tinggi, sebuah sikap yang kata banyak orang tak bagus tapi aku yakin ini yang harus dimiliki agar ketergantungan terhadap orang lain yang sudah mengakar bisa hilang. Sebuah sikap yang kupercaya akan menumbuhkan kemandirian. Aku tak suka disuruh, didikte atau diperintah. Apalagi oleh orang yang menurutku tak lebih baik dariku.

Inilah aku..
Continue reading...

Adik Sejuta Umat,,

Istilah ini baru kudapatkan beberapa hari yang lalu. Adik sejuta umat, lucu kan? Kalau biasanya ada ustadz sejuta umat maka sekarang ada adik sejuta umat. Sebenarnya julukan ini merujuk untuk orang yang dianggap adik oleh setiap orang. Yang paling kecil di komunitasnya. Bahasa kasarnya sih Adik umum, Adik yang bisa dimiliki semua pihak. Dan semoga nasibnya tak seperti semua yang menempel kata “umum”, rusak tak terawat.

Baik, cukup definisi awalnya. Sekarang masuk ke coretan yang aku rasa tak terlalu penting. Ini hanyalah sebuah pembiasaan untuk selalu menulis tiap hari. Oleh karena itu, jangan berharap terlalu banyak manfaat dari tulisan ini. Atau kalau mungkin anda orang yang sangat menghargai waktu anda maka aku sarankan untuk menyudahi membaca tulisan ini.

Menjadi angkatan paling atas di kampus maka artinya menyadari bahwa akulah yang paling tua di komunitas mahasiswa di kampus. Membiasakan diri untuk terbiasa dipanggil “kakak” atau “bang”. Walau sebenarnya secara pribadi aku tak suka bentuk panggilan seperti ini. Tapi yah mau gimana lagi, negara ini negara yang menjunjung tinggi norma kesopanan hingga untuk memanggil yang lebih tua harus disertai kata-kata itu.

Bersamaan dengan itu pula, saat ini aku memiliki banyak sekali adik yang juga dimiliki banyak orang. Adik sejuta umat. Mereka orang –orang yang berada di sekitarku, orang-orang yang menjadi teman diskusi, orang-orang biasa dengan potensi yang luar biasa. Mereka yang menjadi adikku, yang ingin berubah, yang ingin lepas dari rutinitas mahasiswa yang monoton.

Dari sekian banyak adik sejuta umatku tak banyak memang yang dekat, dan ini yang membuatku mendapatkan sebuah sms yang berisikan protes. Protes karena aku hanya peduli pada beberapa orang dan tak memperhatikan yang lainnnya. Yang kurasa memang ada benarnya juga, salah aku memang pada awalnya. Harus ada perbaikan disana-sini, karena bagaimanapun ternyata mereka juga butuh diperhatikan.

Huff, kadang rasanya melelahkan harus terus-terusan seperti ini. Mencoba membagi perhatian, mencoba peduli dan mengerti tanpa seorangpun yang mau mengerti.
Continue reading...

Rabu, 28 Januari 2009

Pembohongan Publik itu Masih Berlanjut

Pagi ini aku mendengarkan salah satu stasiun radio di Batam untuk mengumpulkan informasi seputar Batam. Seharian tidak kemana-mana membuatku benar-benar ketinggalan informasi. Dan ini sangat tidak menyenangkan rasanya. Banyak hal yang terjadi, belum habis pro-kontra fatwa MUI tentang haramnya rokok, sekarang ditambah lagi fatwa MUI tentang Golput. Selain itu keluhan dan masukan untuk kota Batam tentang berbagai hal yang mengganjal bagi masyarakat kota ini juga menjadi tambahan informasi bagiku.

Layaknya sebuah siaran tentunya tak melulu siaran, pastinya kerap diselingi dengan iklan. Beragam pula iklan yang mengudara di radio pagi ini, dari iklan rumah makan, caleg, dan berbagai promosi produk dan jasa lainnya. termasuk salah satunya adalah kampusku. Politeknik Batam, kampus yang selalu digadang-gadang pro dengan pendidikan berkualitas walau kenyataannya wallahualam.

Iklan tentang Politeknik yang kudengar pagi itu cukup membuatku tersentak dan tertawa geli. Dalam iklan itu disebutkan “Politeknik Batam membuka penerimaan mahasiswa baru untuk S1 Dan D3 kelas Reguler” Sebuah hal yang cukup membingungkan, bukankah sebuah Politeknik idealnya hanya menyelenggarakan program D3. Sejak kapan Politeknik bisa menyelenggarakan S1?

Setelah mendengarkan iklan ini yang kulakukan selanjutnya adalah mencari telepon genggamku (TG.ed) dan mengirimkan pesan singkat pada Pak Eko tentang iklan tadi. Pesan singkat yang berisikan sebuah pertanyaan bernada sindiran. Pesan singkat yang aku pun tak berharap untuk dibalas. Pesan singkat yang semoga bisa menjadi perhatian dan menjadi perbaikan untuk kebaikan semua pihak.

Yah, sebuah perbaikan karena bagiku iklan ini sangatlah berbahaya efeknya. Ia bisa menipu puluhan atau bahkan ratusan calon mahasiswa untuk terlibat dalam keruwetan Poltek-UMRAH. Ia bisa menipu calon mahasiswa yang tak tahu nantinya kalau statusnya sebagai mahasiswa bukan mahasiswa Poltek tapi UMRAH. Bagaimana mungkin dapat tercapai pendidikan bermutu di Kepri kalau cara-cara mencapainya dengan pembohongan seperti ini? Bagaimana mungkin calon perguruan tinggi negeri di Kepri itu (UMRAH) bisa berkualitas kalau mahasiswanya nanti adalah barisan sakit hati yang merupakan korban penipuan kampusnya sendiri?

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk merekrut mahasiswa baru UMRAH. Menumbuhkan kepercayaan masyarakat akan UMRAH salah satunya. Tunjukkan prestasi mahasiswa UMRAH dan keunggulan lainnya, masyarakat juga pasti mau masuk tanpa harus ditipu. Banyak mahasiswa UMRAH yang punya potensi luar biasa, saya kenal beberapa dari mereka. Biarkan mereka berekspresi, menunjukkan eksistensi agar masyarakat bisa melihat prestasi. Tapi apa mau dikata, di Batam khususnya UMRAH sendiri masih diakui setengah hati, mereka kadang dianaktirikan. Penumpang itulah status mereka disini. Dan sebagai penumpang tak banyak memang hak yang mereka miliki sekalipun Direktur Politeknik adalah PUREK III Bidang Kemahasiswaan UMRAH sekaligus Dekan FT. UMRAH.

Kadang aku kasihan juga melihat mereka, tapi terlalu membela mereka pun hanya akan membuatku dianggap mencari muka dan provokator, karena aku sendiri mahasiswa Politeknik. Di tahun terakhirku sebagai mahasiswa ternyata masih banyak pekerjaan rumah yang masih belum terselesaikan. Pergerakan mahasiswa Batam baru akan dimulai tapi aku akan segera menjadi penonton. Ah sudahlah, hidup harus tetap berjalan, bukankah tiap-tiap masa ada orang-orangnya. Dan berarti sudah habis masaku disini. Semoga apa yang telah kulakukan bisa menjadi sumbangan catatan bagi mereka yang akan melanjutkan atau minimal menjadi catatan untuk kukenang sendiri.
***
Continue reading...

PENULIS BESAR YANG TERASING DI NEGERI SENDIRI,,

Pramoedya ananta Toer (PAT), rasanya tak ada yang tak pernah dengar nama orang yang satu ini. Tiap kali ke toko buku aku selalu melihat karya-karyanya atau karya orang lain yang bercerita tentang dia terpajang di rak. Begitu seringnya aku bolak-balik ke toko buku tapi baru 2 hari yang lalu aku tergelitik untuk membeli buku tentang dirinya.

“aku terbakar amarah sendirian” ini judul bukunya. Perbincangan antara PAT dengan Andre Vitchek (penulis, analis politik, wartawan dan pembuat film di AS) dan Rossie Indira (arsitek dan analis bisnis, serta penulis di jakarta post).

Dalam buku kecil itu diceritakan bagaimana pandangan PAT tentang keadaan Indonesia saat ini. Sekilas membaca, aku dapat mengambil kesimpulan bagaimana PAT. Sosok yang sangat mengerikan bagiku. Ia adalah seorang yang tidak memeluk agama apapun, baginya tak ada yang bisa dipercaya selain dirinya sendiri. Pramis itu ideologinya. Kekuasaan Tuhan yang tanpa batas ditentangnya. Baginya segala pencapaian yang dicapai manusia adalah atas usaha manusia, penyerahan diri kepada Tuhan dianggapnya hanyalah ungkapan buatan manusia. Namun yang menarik adalah betapapun besarnya rasa kecewa yang ia alami kepada Tuhan tak pernah sekalipun ia mengkritik agama dalam tulisan-tulisannya.

Aku dapat merasakan kekecewaan yang begitu mendalam dalam diri PAT kepada Tuhan. Setelah kup 1965, PAT ditangkap (bahasa aparat waktu itu “diamankan”.red) tanpa alasan yang jelas. 10 tahun lamanya ia ditahan, berpindah-pindah tempat pengasingan tanpa pernah tahu apa salahnya. Tanpa pernah diadili. Melihat orang-orang yang dibunuh hanya karena kesalahan sepele. Mulai saat itu ia mempertanyakan tentang Tuhan. Kesempatan hidup yang masih dia dapatkan sampai saat ia dilepaskan dari tahanan dianggapnya lebih karena usahanya menjalin relasi dengan dunia internasional. Sehingga para sipir tak berani membunuhnya karena ia mendapatkan perhatian dari dunia Internasional.

Banyak karya sastranya yang dibakar oleh pemerintah saat itu. Sebagian yang ada sekarang lebih karena ia berhasil menyelundupkan naskah-naskahnya ke luar negeri dan diterbitkan disana. Karya yang paling fenomenal yang membuatnya terkenal di dunia adalah ‘Tetralogi Buru’, pengalaman pribadinya ketika di tahanan.

Ia juga menggugat mengapa Indonesia terpuruk sampai saat ini. Mengapa Indonesia bisa begitu lamanya dijajah Belanda. Jawanisme. Ini penyebabnya menurut dia. awalnya aku sempat heran apa yang membuatnya sampai pada pemikiran seperti ini. Tapi kemudian aku tahu bahwa menurut dia pengertian jawanisme adalah sebuah ketaatan dan kesetiaan pada atasan. Seperti taklid buta. Dan ini yang sudah tertanam di dalam diri orang Indonesia.

Oleh karena itu, bagaimanapun penguasa menginjak bahkan menyiksa rakyatnya tak ada yang berani menentantang.

Satu hal yang kusenangi adalah, keberpihakannya pada angkatan muda dan cukup tahu diri kalau dia sudah terlalu tua. Baginya perubahan Indonesia hanya dapat dilakukan oleh angkatan muda untuk itu perlu adanya calon pemimpin dari angkatan muda yang memiliki wawasan keindonesiaan yang luas dan memiliki visi, misi serta kapabilitas.

Satu lagi pribadi unik dan menarik di negeri ini. Pribadi yang coba merubah negeri ini dengan caranya sendiri.
Continue reading...

Minggu, 25 Januari 2009

Penampilan itu Harus...

"Gpp secara fisik minus. tapi innerbeauty bkal memancar dr diri kurcaci.."

banyak orang yang selalu berpendirian demikian. ketika mendapatkan balasan sms seperti ini. aku tak membalasnya. padahal aku begitu ingin memberikan pandanganku waktu itu, hanya karena kurasa terlalu panjang kalau dijelaskan lewat sms dan berkemungkinan besar menimbulkan peperangan maka akupun mengurungkan niat itu.

entah kenapa, akhir-akhir ini aku tak percaya lagi dengan yang namanya kecantikan batiniah (inner beauty). "don't judge a book by its cover, pepatah inggris lama ini tak relevan lagi rasanya dengan keadaan saat ini. zaman dimana semuanya tak lagi cukup hanya dengan predikat bagus tapi ukurannya adalah bisa dijual atau tidak. good is not enough, it has to be sold.

karena sebagus apapun dalamnya selama ia tak menarik maka jangan harap ia akan dilirik. mungkin akan dilirik ketika tak ada lagi pilihan yang lain. menjadi yang terakhir begitulah nasibnya ketika kemasan tak bagus. sehingga fungsi kemasan luar juga menjadi penting, tak boleh merasa cuek dengan penampilan luar kita karena orang biasanya menilai orang pertama dari penampilan luar-kecuali untuk masalah fisik tentunya.

mungkin memang benar kemasan sebagus apapun tak akan dapat menolong produk yang kualitasnya memang jelek. toh yang dikonsumsi isinya bukan kemasannya, begitu kebanyakan orang berpikir. tapi perlu jadi bahan pertimbangan juga, sekalipun produknya berkualitas tinggi namun kemasannya tidak menarik maka percuma saja pembeli tak akan tertarik.

bagaimana mungkin kita bisa tahu wanita yang sering memakai rok pink, baju hijau menyala, sorban, lipstik tebal itu adalah seorang yang rakin mengaji dan baik hati. kita sudah terlanjur menganggap dia terlalu mengerikan untuk didekati.

itu masih mending bayangkan kalau dengan penampilan seperti itu ternyata sifatnya juga tak kalah beringas. dan banyak memang yang seperti itu. kemasan dan isi tak berbeda jauh. ini yang menjadi masalah kemudian.

Continue reading...

Kamis, 22 Januari 2009

Bersih atau Wangi..?

“pilih mana put, bersih ato wangi?”
“ ya bersih lah”
“ah, wangi dunk yang lebih pernting”
“kalo dah bersih tu pasti wangi?”
“ya gak jugalah”
“ya iyalah, ko aja yang aneh..”
“??!!??”

Sepenggal percakapanku dengan adik tadi pagi. Membahas tentang mana yang lebih penting bersih atau wangi. Sebenarnya, ini sambungan pembahasan malam tadi (selalu membahas hal-hal kontraproduktif), tema yang sama dengan responden yang berbeda. Kalau tadi malam saya yang ditanya, kali ini saya yang bertanya.

Entah bagaimana awalnya, tiba – tiba tadi malam ada pembahasan tentang bersih dan wangi. Molto atau Rinso (ah, gak boleh nyebutin merk. Biarlah blog pribadi ini). Berawal dari sms tentang guru sebenarnya, malah merembet ke masalah bersih dan wangi.

“jadi mana yang anda pilih? Bersih ato wangi? Your choose?” Ketika disodori pertanyaan seperti ini aku langsung menjawab “WANGI” ini yang lebih penting. Karena noda bagaimanapun besarnya masih dapat ditutupi, diakali, dimodifikasi agar tak terlihat (kemampuan mengagumkan orang di negeri ini). Tapi kalau kebusukan maka sulit menyembunyikannya.

Memang selihai apapun kita menyembunyikan noda tersebut lambat laun akan ketahuan juga. Tapi perlu waktu untuk itu, dan waktu yang dibutuhkan akan lebih lama daripada kita menyembunyikan kebusukan. Lagipula noda adalah sebuah bukti tentang apa yang terjadi dan kita lakukan di masa lalu dan sebuah pembelajaran. Lantas kenapa bukti pembelajaran yang kita lakukan harus dihilangkan?

Oleh karena itu, pilihanku adalah dengan menyamarkan noda dan menyebarkan wangi pada orang-orang di sekitar.

“ga ada noda, ya gak belajar?”

“berani kotor itu baik!”

Yah, mulailah belajar mencuci dengan Molto tanpa Rinso...
Continue reading...

Pindah Rumah,,

Entah kenapa blogku yang sebelumnya tak bisa diganti layoutnya. alhasil dengan sangat sukses blog itu pun jadi suram sedemikian rupa. ia tak bisa lagi di unggah dengan template yang sudah ku unduh dari internet. Dengan sangat berat hati, akhirnya aku memutuskan untuk membuat lagi blog yang baru.

Isi dari blog ini tak akan banyak berubah dari blog sebelumnya. Ia hanyalah berisikan tentang keluh kesah yang kurasakan. keluh kesah yang semoga bisa menjadi bahan hiburan,bagi seluruh pembaca blog ini dan blog sebelumnya. Beberapa tulisan terakhir saya-yang diposting pada januarai- akan aku pindahkan ke blog ini sebagai kenang-kenangan dari rumah yang dulu.

Terima kasih untuk orang-orang yang telah mengajari aku tentang membuat rumah di dunia maya. terima kasih untuk orang-orang yang telah dengan rutin mengunjungi blog aku sebelumnya -semoga bisa mengunjungi blog ini dengan rutin juga. Terakhir terima kasih untuk orang-orang yang senantiasa mempercayai aku sebagai orang baik.

Chapter of My Life, sedapat mungkin aku akan mencoba mengupdate blog ini setiap hari. Merekam setiap episode kehidupan yang kujalani. Karena semuanya begitu berwarna dan begitu indah. Warna yang selalu membuat hidupku menjadi tak datar, keindahan yang selalu membuatku tak pernah bosan untuk menjalani hari-hari.

Akhirnya, blog ini hanyalah berisikan tulisan-tulisan sederhana yang mungkin sama sekali tak bermakna bagi sebagian orang. Tapi aku berharap dengan tulisan yang aku buat ini setidaknya dapat menjadi sarana pembelajaran, sebagai sarana untuk mengubah bangsa ini dari generasi nol buku menjadi generasi sejuta buku-atau kalau tidak bisa, generasi satu buku pun tak mengapa.

karena kalau tak diubah dari diri sendiri saiapa lagi yang akan merubahnya..?

kalau tak dari sekarang, kapan lagi?

kalau tak dari yang kecil, lantas dari mana akan memulai?

Selamat membaca..!!
Continue reading...