Pramoedya ananta Toer (PAT), rasanya tak ada yang tak pernah dengar nama orang yang satu ini. Tiap kali ke toko buku aku selalu melihat karya-karyanya atau karya orang lain yang bercerita tentang dia terpajang di rak. Begitu seringnya aku bolak-balik ke toko buku tapi baru 2 hari yang lalu aku tergelitik untuk membeli buku tentang dirinya.
“aku terbakar amarah sendirian” ini judul bukunya. Perbincangan antara PAT dengan Andre Vitchek (penulis, analis politik, wartawan dan pembuat film di AS) dan Rossie Indira (arsitek dan analis bisnis, serta penulis di jakarta post).
Dalam buku kecil itu diceritakan bagaimana pandangan PAT tentang keadaan Indonesia saat ini. Sekilas membaca, aku dapat mengambil kesimpulan bagaimana PAT. Sosok yang sangat mengerikan bagiku. Ia adalah seorang yang tidak memeluk agama apapun, baginya tak ada yang bisa dipercaya selain dirinya sendiri. Pramis itu ideologinya. Kekuasaan Tuhan yang tanpa batas ditentangnya. Baginya segala pencapaian yang dicapai manusia adalah atas usaha manusia, penyerahan diri kepada Tuhan dianggapnya hanyalah ungkapan buatan manusia. Namun yang menarik adalah betapapun besarnya rasa kecewa yang ia alami kepada Tuhan tak pernah sekalipun ia mengkritik agama dalam tulisan-tulisannya.
Aku dapat merasakan kekecewaan yang begitu mendalam dalam diri PAT kepada Tuhan. Setelah kup 1965, PAT ditangkap (bahasa aparat waktu itu “diamankan”.red) tanpa alasan yang jelas. 10 tahun lamanya ia ditahan, berpindah-pindah tempat pengasingan tanpa pernah tahu apa salahnya. Tanpa pernah diadili. Melihat orang-orang yang dibunuh hanya karena kesalahan sepele. Mulai saat itu ia mempertanyakan tentang Tuhan. Kesempatan hidup yang masih dia dapatkan sampai saat ia dilepaskan dari tahanan dianggapnya lebih karena usahanya menjalin relasi dengan dunia internasional. Sehingga para sipir tak berani membunuhnya karena ia mendapatkan perhatian dari dunia Internasional.
Banyak karya sastranya yang dibakar oleh pemerintah saat itu. Sebagian yang ada sekarang lebih karena ia berhasil menyelundupkan naskah-naskahnya ke luar negeri dan diterbitkan disana. Karya yang paling fenomenal yang membuatnya terkenal di dunia adalah ‘Tetralogi Buru’, pengalaman pribadinya ketika di tahanan.
Ia juga menggugat mengapa Indonesia terpuruk sampai saat ini. Mengapa Indonesia bisa begitu lamanya dijajah Belanda. Jawanisme. Ini penyebabnya menurut dia. awalnya aku sempat heran apa yang membuatnya sampai pada pemikiran seperti ini. Tapi kemudian aku tahu bahwa menurut dia pengertian jawanisme adalah sebuah ketaatan dan kesetiaan pada atasan. Seperti taklid buta. Dan ini yang sudah tertanam di dalam diri orang Indonesia.
Oleh karena itu, bagaimanapun penguasa menginjak bahkan menyiksa rakyatnya tak ada yang berani menentantang.
Satu hal yang kusenangi adalah, keberpihakannya pada angkatan muda dan cukup tahu diri kalau dia sudah terlalu tua. Baginya perubahan Indonesia hanya dapat dilakukan oleh angkatan muda untuk itu perlu adanya calon pemimpin dari angkatan muda yang memiliki wawasan keindonesiaan yang luas dan memiliki visi, misi serta kapabilitas.
Satu lagi pribadi unik dan menarik di negeri ini. Pribadi yang coba merubah negeri ini dengan caranya sendiri.
“aku terbakar amarah sendirian” ini judul bukunya. Perbincangan antara PAT dengan Andre Vitchek (penulis, analis politik, wartawan dan pembuat film di AS) dan Rossie Indira (arsitek dan analis bisnis, serta penulis di jakarta post).
Dalam buku kecil itu diceritakan bagaimana pandangan PAT tentang keadaan Indonesia saat ini. Sekilas membaca, aku dapat mengambil kesimpulan bagaimana PAT. Sosok yang sangat mengerikan bagiku. Ia adalah seorang yang tidak memeluk agama apapun, baginya tak ada yang bisa dipercaya selain dirinya sendiri. Pramis itu ideologinya. Kekuasaan Tuhan yang tanpa batas ditentangnya. Baginya segala pencapaian yang dicapai manusia adalah atas usaha manusia, penyerahan diri kepada Tuhan dianggapnya hanyalah ungkapan buatan manusia. Namun yang menarik adalah betapapun besarnya rasa kecewa yang ia alami kepada Tuhan tak pernah sekalipun ia mengkritik agama dalam tulisan-tulisannya.
Aku dapat merasakan kekecewaan yang begitu mendalam dalam diri PAT kepada Tuhan. Setelah kup 1965, PAT ditangkap (bahasa aparat waktu itu “diamankan”.red) tanpa alasan yang jelas. 10 tahun lamanya ia ditahan, berpindah-pindah tempat pengasingan tanpa pernah tahu apa salahnya. Tanpa pernah diadili. Melihat orang-orang yang dibunuh hanya karena kesalahan sepele. Mulai saat itu ia mempertanyakan tentang Tuhan. Kesempatan hidup yang masih dia dapatkan sampai saat ia dilepaskan dari tahanan dianggapnya lebih karena usahanya menjalin relasi dengan dunia internasional. Sehingga para sipir tak berani membunuhnya karena ia mendapatkan perhatian dari dunia Internasional.
Banyak karya sastranya yang dibakar oleh pemerintah saat itu. Sebagian yang ada sekarang lebih karena ia berhasil menyelundupkan naskah-naskahnya ke luar negeri dan diterbitkan disana. Karya yang paling fenomenal yang membuatnya terkenal di dunia adalah ‘Tetralogi Buru’, pengalaman pribadinya ketika di tahanan.
Ia juga menggugat mengapa Indonesia terpuruk sampai saat ini. Mengapa Indonesia bisa begitu lamanya dijajah Belanda. Jawanisme. Ini penyebabnya menurut dia. awalnya aku sempat heran apa yang membuatnya sampai pada pemikiran seperti ini. Tapi kemudian aku tahu bahwa menurut dia pengertian jawanisme adalah sebuah ketaatan dan kesetiaan pada atasan. Seperti taklid buta. Dan ini yang sudah tertanam di dalam diri orang Indonesia.
Oleh karena itu, bagaimanapun penguasa menginjak bahkan menyiksa rakyatnya tak ada yang berani menentantang.
Satu hal yang kusenangi adalah, keberpihakannya pada angkatan muda dan cukup tahu diri kalau dia sudah terlalu tua. Baginya perubahan Indonesia hanya dapat dilakukan oleh angkatan muda untuk itu perlu adanya calon pemimpin dari angkatan muda yang memiliki wawasan keindonesiaan yang luas dan memiliki visi, misi serta kapabilitas.
Satu lagi pribadi unik dan menarik di negeri ini. Pribadi yang coba merubah negeri ini dengan caranya sendiri.
0 komentar:
Posting Komentar