Sejak pertama kali mengenal spiderman, aku langsung menyukainya. Menurutku ia berbeda dengan pahlawan super rekayasa dari Amerika yang lain. Pertama, peter parker yang jadi spiderman adalah makhluk bumi asli. Kedua, ia bukan berasal dari kalangan kaya yang untuk menjadi pahlawan super harus menggunakan teknologi canggih yang mahal biayanya. Ketiga, urusan cintanya pun kacau, mary jane mencintai spiderman bukan peter. Keempat, dia pahlawan yang tak diakui, kelima dia seorang jurnalis. Dan terakhir karena dia digigir seekor laba-laba.
Kecintaanku pada spiderman bukan berarti aku tak mencintai produk lokal. Jagoanku yang terbaik tetap arjuna. Tokoh pewayangan dalam epos mahabarata yang sakti mandraguna walaupun pada dasarnya arjuna adalah anak yang berfisik kecil, kurus, baik hati dan selalu memilih untuk mengalah.
Yang menarik perhatianku pada spiderman adalah karena seekor laba-laba, betapa ternyata makhluk yang kerap kali dianggap mengotori rumah dapat menjadi imajinasi yang bernilai miliaran rupiah. Bukan itu saja, binatang ini juga yang menolong Rasulullah saat dikejar-kejar musuh di gua tsur. Tapi lebih dari itu ada prinsip hidup yang menarik dari seekor laba-laba.
Laba-laba adalah binatang dengan kreatifitas dan tingkat seni yang sangat tinggi, perhatikan saja rumah yang dibuatnya. Indah kan, dengan sulur dari perutnya ia menciptakan sebuah rumah yang penuh dengan nilai seni yang tinggi. Sederhana tapi elegan. Rumah yang tak hanya menjadi tempat tinggal tapi juga sebagai kantor tempat mencari makan. Ya, laba-laba menjadikan rumahnya sebagai tempat tinggal sekaligus tempat ia mendapatkan makanan. Nyamuk-nyamuk yang tersangkut disitu menjadi sumber penghidupan baginya. Tak perlulah ia pergi mengembara jauh atau bekerja untuk binatang lainnya untuk mendapatkan makanannya.
Sebuah keadaan yang membuatku harus berfikir bahwa ternyata kualitasku saat ini masih kalah dengan seekor laba-laba. Aku dan calon lulusan lainnya yang hanya berebut mencari kerja tanpa pernah berfikir untuk meciptakan lapangan pekerjaan bahkan dari rumah sendiri untuk dapat menghidupi diri. Yah, sepertinya aku memang harus belajar banyak tentang kreatifitas dan seni dari laba-laba itu.
Kecintaanku pada spiderman bukan berarti aku tak mencintai produk lokal. Jagoanku yang terbaik tetap arjuna. Tokoh pewayangan dalam epos mahabarata yang sakti mandraguna walaupun pada dasarnya arjuna adalah anak yang berfisik kecil, kurus, baik hati dan selalu memilih untuk mengalah.
Yang menarik perhatianku pada spiderman adalah karena seekor laba-laba, betapa ternyata makhluk yang kerap kali dianggap mengotori rumah dapat menjadi imajinasi yang bernilai miliaran rupiah. Bukan itu saja, binatang ini juga yang menolong Rasulullah saat dikejar-kejar musuh di gua tsur. Tapi lebih dari itu ada prinsip hidup yang menarik dari seekor laba-laba.
Laba-laba adalah binatang dengan kreatifitas dan tingkat seni yang sangat tinggi, perhatikan saja rumah yang dibuatnya. Indah kan, dengan sulur dari perutnya ia menciptakan sebuah rumah yang penuh dengan nilai seni yang tinggi. Sederhana tapi elegan. Rumah yang tak hanya menjadi tempat tinggal tapi juga sebagai kantor tempat mencari makan. Ya, laba-laba menjadikan rumahnya sebagai tempat tinggal sekaligus tempat ia mendapatkan makanan. Nyamuk-nyamuk yang tersangkut disitu menjadi sumber penghidupan baginya. Tak perlulah ia pergi mengembara jauh atau bekerja untuk binatang lainnya untuk mendapatkan makanannya.
Sebuah keadaan yang membuatku harus berfikir bahwa ternyata kualitasku saat ini masih kalah dengan seekor laba-laba. Aku dan calon lulusan lainnya yang hanya berebut mencari kerja tanpa pernah berfikir untuk meciptakan lapangan pekerjaan bahkan dari rumah sendiri untuk dapat menghidupi diri. Yah, sepertinya aku memang harus belajar banyak tentang kreatifitas dan seni dari laba-laba itu.
0 komentar:
Posting Komentar