Pemilihan Presiden baru berlalu, menyisakan beberapa cerita, suka, duka, protes dan lainnya. Belum ada penghitungan secara resmi dari KPU selaku penyelenggara tapi pemenangnya sudah dapat dipastikan. Dengan perolehan suara lebih dari 50% maka pilpres kali ini memang hanya akan berjalan satu putaran saja.
Bagi saya sendiri, pemilihan presiden kali ini berlangsung kurang menarik, baik pasangan calonnya, saat kampanye [tak satupun capres-cawapres yang mampir ke Batam], debat, maupun pemilihan.
Dari pasangan calon semuanya adalah orang-orang tua yang sudah lebih baik sebagai penasihat, guru bangsa saja ketimbang mengurusi negara. Kampanye yang dilakukan pun selalu begitu saja, hiburan dangdut, keramaian, kerusuhan, pencopetan. Membosankan. Debat yang 3 kali dilaksanakan KPU semuanya pun sama saja tak menarik sama sekali, selain karena kandidat presidennya yang terlalu menahan diri, moderator yang mamndu debat pun sama saja tuanya. Mereka pintar, tentu saja, tapi tak menarik hal ini tak bisa dipungkiri pula. Heran, kenapa tidak menurunkan Rosiana Silalahi atau provokator lainnya yang selain lebih menarik, biasa tampil di depan publik juga pintar.
Tapi terlepas dari itu semua, saya merasa bangga dengan pilihan saya. Jauh-jauh hari saya sudah pasang dukungan saya baik di blog maupun deklarasikan kemanapun, kepada siapapun. Tak ada yang ideal dan baik sepenuhnya menurut saya, tapi saya merasa banyak kesamaan antara saya dan pilihan saya. Rasanya hal ini yang mendasari saya untuk menjatuhkan pilihan pada pasangan tersebut. Pasangan nomor 3. JUSUF KALLA.
Ini pilihan saya yang paling merdeka, tanpa dipengaruhi atau didikte oleh siapapun untuk memberikan dukungan. Proses yang ke depan akan selalu menjadi pertimbangan saya dalam menentukan pilihan. Tak ada lagi pertimbangan isu-isu keagamaan, suku, atau sejenisnya yang digunakan untuk menentukan pilihan. Mau apapun, asal konkrit kerjanya, tak sekedar bicara, tak normatif maka kepadanyalah saya memberikan dukungan.
Dan dengan pilihan ini, saya merasa bangga karenanya sekalipun kalah dengan perolehan suara paling sedikit. Terbukti, pilihan saya adalah seorang negarawan sejati, seorang yang legowo menerima kekalahannya. Seseorang yang kepalanya bisa tetap tegak karena kebanggaan sekalipun kalah.
Terakhir, selamat untuk Pak Jusuf Kalla. Selamanya anda adalah guru saya.
Guru yang mengajarkan bahwa ada yang lebih penting daripada mengejar kekuasaan.
KEBANGGAN.
Bagi saya sendiri, pemilihan presiden kali ini berlangsung kurang menarik, baik pasangan calonnya, saat kampanye [tak satupun capres-cawapres yang mampir ke Batam], debat, maupun pemilihan.
Dari pasangan calon semuanya adalah orang-orang tua yang sudah lebih baik sebagai penasihat, guru bangsa saja ketimbang mengurusi negara. Kampanye yang dilakukan pun selalu begitu saja, hiburan dangdut, keramaian, kerusuhan, pencopetan. Membosankan. Debat yang 3 kali dilaksanakan KPU semuanya pun sama saja tak menarik sama sekali, selain karena kandidat presidennya yang terlalu menahan diri, moderator yang mamndu debat pun sama saja tuanya. Mereka pintar, tentu saja, tapi tak menarik hal ini tak bisa dipungkiri pula. Heran, kenapa tidak menurunkan Rosiana Silalahi atau provokator lainnya yang selain lebih menarik, biasa tampil di depan publik juga pintar.
Tapi terlepas dari itu semua, saya merasa bangga dengan pilihan saya. Jauh-jauh hari saya sudah pasang dukungan saya baik di blog maupun deklarasikan kemanapun, kepada siapapun. Tak ada yang ideal dan baik sepenuhnya menurut saya, tapi saya merasa banyak kesamaan antara saya dan pilihan saya. Rasanya hal ini yang mendasari saya untuk menjatuhkan pilihan pada pasangan tersebut. Pasangan nomor 3. JUSUF KALLA.
Ini pilihan saya yang paling merdeka, tanpa dipengaruhi atau didikte oleh siapapun untuk memberikan dukungan. Proses yang ke depan akan selalu menjadi pertimbangan saya dalam menentukan pilihan. Tak ada lagi pertimbangan isu-isu keagamaan, suku, atau sejenisnya yang digunakan untuk menentukan pilihan. Mau apapun, asal konkrit kerjanya, tak sekedar bicara, tak normatif maka kepadanyalah saya memberikan dukungan.
Dan dengan pilihan ini, saya merasa bangga karenanya sekalipun kalah dengan perolehan suara paling sedikit. Terbukti, pilihan saya adalah seorang negarawan sejati, seorang yang legowo menerima kekalahannya. Seseorang yang kepalanya bisa tetap tegak karena kebanggaan sekalipun kalah.
Terakhir, selamat untuk Pak Jusuf Kalla. Selamanya anda adalah guru saya.
Guru yang mengajarkan bahwa ada yang lebih penting daripada mengejar kekuasaan.
KEBANGGAN.
***
2 komentar:
itu pilihan kata hatimu ya pik?
haha..
y, gtulah..
Posting Komentar