Senin ini memulai pagi dengan langsung pergi ke engku putri. Resiko jadi pengangguran, lama-lama di rumah terus bisa gila jadinya. Cuaca Batam masih tak bagus, pagi ini mendung masih menyelimuti. Matahari belum memperlihatkan tanda-tanda akan menampakkan diri, tapi hidup harus terus berlari.
Di seberang sana, pegawai PEMKO akan melaksanakan upacara bendera. Kegiatan ini benar-benar hanya menjadi seremonial belaka, rutinitas tanpa meninggalkan bekas.
Malam ini harusnya ada pertemuan lagi tapi saya tak ingin mengingatkan, kalau dia tak ingat biarlah saya tak datang. Rasanya sudah cukup nyaman seperti ini. Walau rasanya membosankan, tapi sepertinya ini karena hanya belum terbiasa. Tinggal mencoba untuk beradaptasi sedikit maka segalanya selesai.
---
Tinggal beberapa hari lagi Pilpres akan dilaksanakan, tadi malam Megawati dan Jusuf Kalla mengadakan konferensi pers di kantor muhammadiyah. Menuntut perbaikan DPT. Ada-ada saja tingkah elit di negeri ini. terlepas dari membela hak rakyat yang hilang -ini alasan di media. tentu saja di balik itu pasti ada maksud lainnya.
Tapi tak boleh prasangka katanya, karena sebagian dari prasangka itu dosa. ya, terhadap para elit kita tidak boleh berprasangka. Karena apapun yang mereka lakukan pasti telah melalui pertimbangan yang matang dan hasil rumusan terbaik dari musyawarah yang telah dilakukan. Rakyat hanya disini, diam, diarahkan dan disuruh mati di garis terdepan.
Sebuah bukti bahwa mayoritas tak bisa menang dari minoritas. terhadap elit (minoritas), rakyat (mayoritas) tak bisa menuntut haknya. Protes sedikit maka terhadap rakyat elit bebas mencaci maki, memarahi dan menyebutnya tak tahu diri. "Kalian tak tahu apa yang kami lakukan selama ini", bagaimana mungkin mau tahu kalau elit hanya bisa dekat rakyat jika saat "pemilihan" tiba. Setelah itu, mereka kembali ke menara gadingnya dan rakyat ditendang sejauh-jauhnya.
"Minggir, biar ini urusan kami", kata elit dengan lagaknya sok pahlawan.
Yah, Rakyat memang selalu sendiri.
Di seberang sana, pegawai PEMKO akan melaksanakan upacara bendera. Kegiatan ini benar-benar hanya menjadi seremonial belaka, rutinitas tanpa meninggalkan bekas.
Malam ini harusnya ada pertemuan lagi tapi saya tak ingin mengingatkan, kalau dia tak ingat biarlah saya tak datang. Rasanya sudah cukup nyaman seperti ini. Walau rasanya membosankan, tapi sepertinya ini karena hanya belum terbiasa. Tinggal mencoba untuk beradaptasi sedikit maka segalanya selesai.
---
Tinggal beberapa hari lagi Pilpres akan dilaksanakan, tadi malam Megawati dan Jusuf Kalla mengadakan konferensi pers di kantor muhammadiyah. Menuntut perbaikan DPT. Ada-ada saja tingkah elit di negeri ini. terlepas dari membela hak rakyat yang hilang -ini alasan di media. tentu saja di balik itu pasti ada maksud lainnya.
Tapi tak boleh prasangka katanya, karena sebagian dari prasangka itu dosa. ya, terhadap para elit kita tidak boleh berprasangka. Karena apapun yang mereka lakukan pasti telah melalui pertimbangan yang matang dan hasil rumusan terbaik dari musyawarah yang telah dilakukan. Rakyat hanya disini, diam, diarahkan dan disuruh mati di garis terdepan.
Sebuah bukti bahwa mayoritas tak bisa menang dari minoritas. terhadap elit (minoritas), rakyat (mayoritas) tak bisa menuntut haknya. Protes sedikit maka terhadap rakyat elit bebas mencaci maki, memarahi dan menyebutnya tak tahu diri. "Kalian tak tahu apa yang kami lakukan selama ini", bagaimana mungkin mau tahu kalau elit hanya bisa dekat rakyat jika saat "pemilihan" tiba. Setelah itu, mereka kembali ke menara gadingnya dan rakyat ditendang sejauh-jauhnya.
"Minggir, biar ini urusan kami", kata elit dengan lagaknya sok pahlawan.
Yah, Rakyat memang selalu sendiri.
1 komentar:
Sebetulnya ada apa dengan DPT dari sisi legal, ya?
Di blog Cantik Selamanya, ada artikel bagus soal hal ini. Tiap Senin, memang Cantik Selamanya punya artikel legal.
Judul artikelnya, "Ada Apa dengan DPT (Menjadi Manusia Utuh)"
Bagus deh, orisinal, informatif, dan punya narasumber dari kalangan hukum.
Posting Komentar