Tadi malam adalah sms dia yang pertama kali setelah sempat tak pernah sms-an lagi. Awalnya bingung mau ngapain lagi ngirim sms. Setelah saya buka smsnya, kebingungan saya makin bertambah. Isinya menyepakati tentang pendapat filsuf yunani yang isinya adalah “keberuntungan terbesar adalah tak pernah dilahirkan, yang kedua mati muda kemudian yang tersial adalah mati tua.” Jelas bingung, karena awalnya ia tak sepakat dengan filosofi itu.
Yah, Semoga saja dia tak melakukan hal bodoh.
Hari ini meski tak semarak seperti ketika pemilu legislatif lalu tapi kotaku mulai berwarna kembali. Atribut kampanye para capres dan cawapres mulai menghiasi jalan-jalan, baik di kota maupun permukiman penduduk. Mulai dari bendera hingga spanduk [kadang heran, memangnya media kampanye yang bisa dipajang Cuma spanduk dan bendera saja?]. Stiker-stiker yang mengotori halte dan fasilitas umum lainnya akan segera menyusul tampaknya.
Kesibukan saya dalam menghadapi pilpres ini pun tak sepadat ketika pemilu legislatif lalu. Akibat saya yang menjauh tampaknya, hingga akhirnya tak tahu lagi perkembangan dunia gerakan. Atau mungkin karena bentrok dengan jadwal UAS sehingga mau tak mau prestasi akademis yang harus diutamakan.
Respect saya pada mereka, orang-orang yang terus komitmen untuk berjuang. Saya respect kepada mereka sebagai person bukan aktivis gerakan A atau gerakan B, kader partai A atau partai B. Saya lebih melihat mereka sebagai orang-orang yang gelisah akan keadaan negeri ini, ikhlas tanpa kepentingan apapun.
Pagi tadi, ketika membuka email saya melihat ada pesan dari facebook. Ada komen di dinding saya. Isinya kurang lebih tentang jangan menulis yang memecah belah barisan dan sebangsanya. Akibat postingan saya yang sebelumnya tampaknya. Saya tak ambil pusing dengan itu. Berurusan dengan KDR memang seperti ini tampaknya, dan cukup militan tampaknya dia sehingga rasanya sulit menerima sesuatu dari yang bukan kelompoknya. Aneh, saya tak habis pikir, kenapa harus terkotak-kotakkan seperti ini.
Besok jumat kemudian sabtu dan magang pun selesai. Tadi ketemu dengan teman SMK dulu. Lupa namanya, jadi saya hanya panggil dia dengan “boy” dan “cuy” saja selama ngobrol. Untung dia tak sadar akan itu. Dapat sms lagi dari bang pepeng, katanya ada undangan dari Bapelda Batam, mengajak silaturahim sepertinya. Saya bilang terima saja, tak ada salahnya. Sekarang tinggal menunggu jadwal pertemuannya. Biar mereka yang atur.
Yah, Semoga saja dia tak melakukan hal bodoh.
---
Hari ini meski tak semarak seperti ketika pemilu legislatif lalu tapi kotaku mulai berwarna kembali. Atribut kampanye para capres dan cawapres mulai menghiasi jalan-jalan, baik di kota maupun permukiman penduduk. Mulai dari bendera hingga spanduk [kadang heran, memangnya media kampanye yang bisa dipajang Cuma spanduk dan bendera saja?]. Stiker-stiker yang mengotori halte dan fasilitas umum lainnya akan segera menyusul tampaknya.
Kesibukan saya dalam menghadapi pilpres ini pun tak sepadat ketika pemilu legislatif lalu. Akibat saya yang menjauh tampaknya, hingga akhirnya tak tahu lagi perkembangan dunia gerakan. Atau mungkin karena bentrok dengan jadwal UAS sehingga mau tak mau prestasi akademis yang harus diutamakan.
Respect saya pada mereka, orang-orang yang terus komitmen untuk berjuang. Saya respect kepada mereka sebagai person bukan aktivis gerakan A atau gerakan B, kader partai A atau partai B. Saya lebih melihat mereka sebagai orang-orang yang gelisah akan keadaan negeri ini, ikhlas tanpa kepentingan apapun.
Pagi tadi, ketika membuka email saya melihat ada pesan dari facebook. Ada komen di dinding saya. Isinya kurang lebih tentang jangan menulis yang memecah belah barisan dan sebangsanya. Akibat postingan saya yang sebelumnya tampaknya. Saya tak ambil pusing dengan itu. Berurusan dengan KDR memang seperti ini tampaknya, dan cukup militan tampaknya dia sehingga rasanya sulit menerima sesuatu dari yang bukan kelompoknya. Aneh, saya tak habis pikir, kenapa harus terkotak-kotakkan seperti ini.
---
Besok jumat kemudian sabtu dan magang pun selesai. Tadi ketemu dengan teman SMK dulu. Lupa namanya, jadi saya hanya panggil dia dengan “boy” dan “cuy” saja selama ngobrol. Untung dia tak sadar akan itu. Dapat sms lagi dari bang pepeng, katanya ada undangan dari Bapelda Batam, mengajak silaturahim sepertinya. Saya bilang terima saja, tak ada salahnya. Sekarang tinggal menunggu jadwal pertemuannya. Biar mereka yang atur.
***
1 komentar:
ciee... sMs-an ma sapa tuH...?????
kiRain sapa 'membangun peRadaban', eh terNyata si Boss.....
Link-in Lah bos..... taK taU caRana....
teRnyata bNeran da tiKusna, kiRain bOonGan... tp masiH iMut iKan ah.....
beLom pEde buaT di masUkin ke batam Pos,,,, kaYkna masiH ceTek bGt tuH tuLisan....
Posting Komentar