Selasa, 21 April 2009

KINGDOM OF HEAVEN, JERUSALEM DI MATA SALAHUDDIN

Beberapa hari yang lalu saya menonton sebuah film yang katanya sudah lawas sekali. Kingdom Of Heaven. Mulanya saya menonton film ini karena ada seorang teman yang menyuruh saya melihat trailer film tersebut yang dia unduh dari internet, awalnya tak saya gubris sampai akhirnya secara tak sengaja saya lihat juga trailer itu. Sepertinya dalam urusan seperti ini saya akan menjadi orang yang selalu terlambat. Tapi tak apalah bukankah lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.

Kingdom Of Heaven merupakan film kolosal yang bercerita tentang perebutan kota yerusalem antara kaum kristiani dengan tentara salibnya dan kaum muslim yang dipimpin salahuddin.

Cerita dimulai dengan diajaknya Balian (seorang Pandai Besi) oleh Godfrey (seorang Baron) yang ternyata adalah ayahnya sendiri untuk ikut ke Jerusalem sebagai penebusan dosanya yang telah menelantarkan anaknya selama ini. Di sisi lain, Balian yang baru saja kehilangan istrinya yang meninggal akibat bunuh diri saat itu merasa amat berdosa dan rapuh, dengan pertimbangan tersebut maka akhirnya ia ikut dalam rombongan tentara salib yang akan ke Jerusalem.

Namun akibat serangan dalam perjalanan, Godfrey meninggal sebelum sampai ke Jerusalem. Akhirnya Balian pun diangkat menjadi ksatria dan diminta untuk bersumpah setia melindungi raja mereka di Jerusalem oleh Godfrey sesaat sebelum ia menghembuskan nafas terakhirnya.

Di Jerusalem ia terlibat cinta lokasi dengan adik raja yang merupakan istri dari Guy d’ Lusignan, Sybilla. Konflik pun terjadi karena sejak awal Balian dan Guy d’ Lusignan punya hubungan yang kurang baik.

Balian terlibat perang pertama kali ketika ia harus menahan serangan salahuddin yang akan menyerang Kerak (benteng Reynald D Chantillon). Ia ingin menuntut balas atas kematian rombongan muslim yang dibantai oleh Reynald d’ Chantillon. Kalah jumlah, Balian dengan mudah dilumpuhkan, beruntung ia tak dibunuh karena pemimpin perang pasukan muslim saat itu sudah kenal sebelumnya dengannya.

Di saat genting itu kemudian muncullah rombongan tentara salib yang sudah siap berperang. Dua rombongan besar yang sudah siap berperang pun sudah saling berhadapan. Tinggal menunggu instruksi untuk menyerang maka meletuslah perang. Namun kemudian, pasukan tentara salib yang langsung dipimpin oleh raja mereka meminta perundingan. Dan terjadilah perundingan antara Raja dengan Salahuddin. Jaminan Reynald d’ Chantillon akan dihukum membuat pasukan salahuddin mundur dan tak jadi menyerang Kerak.

Beberapa hari setelah itu, Raja meninggal akibat penyakit kusta yang dideritanya. Balian yang diminta untuk menikahi Sybilla oleh raja agar dapat menggantikannya menolak keinginan tersebut. Jadilah Guy d’ Lusignan yang menggantikan Raja baru Jerusalem. Guy d’ Lusignan yang gila perang membebaskan Reynald d’ Chantillon dan menyuruhnya membunuh kaum muslim termasuk adik salahuddin.

Mengetahui adiknya dibunuh dan kesepakatan telah dilanggar maka Salahuddin pun menyatakan perang kembali untuk merebut Jerusalem. Bak gayung bersambut, keinginan salahuddin tersebut langsung direspon positif oleh Guy d’ Lusignan. Dengan dukungan hampir seluruh Baron -kecuali Balian dan Tiberias- Guy d’ Lusignan berniat menyongsong serangan itu. Dan berangkatlah Pasukan salib ke medan pertempuran meski telah diperingatkan oleh Balian bahwa mereka akan kalah karena kurangnya persediaan air.

Benar saja, Pasukan itu dengan mudah dilumpuhkan Salahuddin. Dan target serangan berikutnya ialah membebaskan Paletina. Perlahan tapi pasti Pasukan Salahuddin menuju Jerusalem. Balian yang bertekad mempertahankan Jerusalem menyusun strategi dan membakar semangat penduduk kota untuk berperang bersamanya mempertahankan Jerusalem.

Sampailah pasukan Salahuddin di Jerusalem, Serangan gencar pun segera dilakukan untuk menembus dinding kota. Sementara Balian dengan sangat gigih berusaha mempertahankannya. Ratusan jiwa hilang karena perang tersebut. Hingga suatu hari runtuh lah dinding kota tersebut, perang langsung tak dapat dihindarkan, korban dari kedua belah pihak semakin banyak.

Akhirnya, Salahuddin menawarkan kesepakatan pada Balian. Ia meminta Balian menyerahkan Jerusalem padanya dan orang-orang kristiani akan mendapat jaminan pulang kembali ke negerinya dengan selamat. Balian yang masih ragu dengan kesepakatan itu awalnya tak ingin percaya, karena ketika tentara salib merebut Jerusalem seluruh kaum muslim dibantai tanpa ampun. Tapi kata-kata Salahuddin selanjutnya mampu meyakinkannya, “Aku bukan orang seperti itu, Aku Salahuddin, Salahuddin.”

Dan dengan kesepakatan itu Jerusalem diserahkan kepada Salahuddin dan orang-orang kristiani yang ingin kembali ke negerinya dikawal hingga ke pelabuhan sebagai jaminan keselamatan.

“Kalau ini memang kerajaan surga biarlah Tuhan yang mengatur sesuai kehendaknya” -BALIAN-

***

Film kolosal memang selalu menarik, tema cerita yang tak melulu sama seperti film pada umumnya menjadi daya tarik sendiri. Keterlibatan banyak orang sebagai pasukan perang juga menjadikan film-film seperti ini luar biasa. Hukum newton ketiga memang sangat berperan di dunia ini, termasuk dalam pembuatan film.

Pesan yang ingin diberikan dari film ini adalah tentang kerukunan hidup antar umat beragama. Bahwa dengan menaati kesepakatan maka sebenarnya tak perlu timbul perang. Namun kemudian ego dan kerakusan manusia –dunia sanggup memenuhi segala kebutuhan manusia, tapi tidak untuk kerakusannya (Mahatma Gandhi)- membuat kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat kerap kali dilanggar yang pada akhirnya hanya merugikan dirinya sendiri.

Kemudian sosok Balian serta Salahuddin juga patut dijadikan sebagai contoh pahlawan, dimana dua orang ini telah berjuang dengan sangat gigih mempertahankan keyakinannya masing-masing. Panglima-panglima besar, ahli strategi yang telah berperang dengan sangat luar biasa. Sekaligus mengajarkan bahwa dalam perang tak selamanya kemenangan diraih dengan menghancurkan salah satu pihak. Adakalanya kemenangan mampu diraih dengan tetap memberikan kemenangan pada pihak yang lain. semoga nilai-nilai kepahlawanan yang mereka tunjukkan mampu diwarisi tak hanya sekedar dikagumi.

Dan yang pasti hingga saat ini masalah Jerusalem (Jerusalem) adalah masalah kita bersama. Pembantaian dan penjajahan yang saat ini sedang terjadi disana merupakan tanggung jawab seluruh kaum muslim, bukan hanya penduduk disana. Tak seharusnya kita menutup mata atas itu semua, karena bukankah pengibaratan kaum muslim itu adalah seperti satu tubuh. Karena itu saat ini perlu adanya kemunculan orang seperti Salahuddin yang mati-matian memperjuangkan Jerusalem. Lantas dimana orang itu berada saat ini? Jangan tanya, dia adalah saya, anda dan mereka semua yang memang peduli terhadap Jerusalem. Orang-orang yang memiliki kesamaan pemikiran seperti yang dikatakan oleh Salahuddin tentang nilai Jerusalem bagi kaum muslim. “Nothing, but EVERYTHING.”

***

1 komentar:

captain Gi mengatakan...

belajar bercerita ya...???
kalo gitu ntar malem kerumah aq aja...
baca'in dongeng pengantar buat aq tidur...
ok...