Kamis, 30 April 2009
Rabu, 29 April 2009
Senin, 27 April 2009
I'm Sorry Goodbye..
Sebelum bertemu denganmu, hidupku bahagia
Semenjak bertemu denganmu, ku makin bahagia
Semakin lama, semakin terungkap yang sesungguhnya
Sedikit kecewa, ternyata engkau tak baik
Maafkanku harus pergi
Ku tak suka dengan ini
Aku tak bodoh,
Seperti pemilikmu yang lain
Terima kasih oh, tuhan
Kau tunjukkan siapa dia
Maaf kau kujual
So thank u so much
I’m sorry goodbye..
-teruntuk MIO (Mochu) ku- Continue reading...
Semenjak bertemu denganmu, ku makin bahagia
Semakin lama, semakin terungkap yang sesungguhnya
Sedikit kecewa, ternyata engkau tak baik
Maafkanku harus pergi
Ku tak suka dengan ini
Aku tak bodoh,
Seperti pemilikmu yang lain
Terima kasih oh, tuhan
Kau tunjukkan siapa dia
Maaf kau kujual
So thank u so much
I’m sorry goodbye..
-teruntuk MIO (Mochu) ku- Continue reading...
Selasa, 21 April 2009
KINGDOM OF HEAVEN, JERUSALEM DI MATA SALAHUDDIN
Beberapa hari yang lalu saya menonton sebuah film yang katanya sudah lawas sekali. Kingdom Of Heaven. Mulanya saya menonton film ini karena ada seorang teman yang menyuruh saya melihat trailer film tersebut yang dia unduh dari internet, awalnya tak saya gubris sampai akhirnya secara tak sengaja saya lihat juga trailer itu. Sepertinya dalam urusan seperti ini saya akan menjadi orang yang selalu terlambat. Tapi tak apalah bukankah lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.
Kingdom Of Heaven merupakan film kolosal yang bercerita tentang perebutan kota yerusalem antara kaum kristiani dengan tentara salibnya dan kaum muslim yang dipimpin salahuddin.
Cerita dimulai dengan diajaknya Balian (seorang Pandai Besi) oleh Godfrey (seorang Baron) yang ternyata adalah ayahnya sendiri untuk ikut ke Jerusalem sebagai penebusan dosanya yang telah menelantarkan anaknya selama ini. Di sisi lain, Balian yang baru saja kehilangan istrinya yang meninggal akibat bunuh diri saat itu merasa amat berdosa dan rapuh, dengan pertimbangan tersebut maka akhirnya ia ikut dalam rombongan tentara salib yang akan ke Jerusalem.
Namun akibat serangan dalam perjalanan, Godfrey meninggal sebelum sampai ke Jerusalem. Akhirnya Balian pun diangkat menjadi ksatria dan diminta untuk bersumpah setia melindungi raja mereka di Jerusalem oleh Godfrey sesaat sebelum ia menghembuskan nafas terakhirnya.
Di Jerusalem ia terlibat cinta lokasi dengan adik raja yang merupakan istri dari Guy d’ Lusignan, Sybilla. Konflik pun terjadi karena sejak awal Balian dan Guy d’ Lusignan punya hubungan yang kurang baik.
Balian terlibat perang pertama kali ketika ia harus menahan serangan salahuddin yang akan menyerang Kerak (benteng Reynald D Chantillon). Ia ingin menuntut balas atas kematian rombongan muslim yang dibantai oleh Reynald d’ Chantillon. Kalah jumlah, Balian dengan mudah dilumpuhkan, beruntung ia tak dibunuh karena pemimpin perang pasukan muslim saat itu sudah kenal sebelumnya dengannya.
Di saat genting itu kemudian muncullah rombongan tentara salib yang sudah siap berperang. Dua rombongan besar yang sudah siap berperang pun sudah saling berhadapan. Tinggal menunggu instruksi untuk menyerang maka meletuslah perang. Namun kemudian, pasukan tentara salib yang langsung dipimpin oleh raja mereka meminta perundingan. Dan terjadilah perundingan antara Raja dengan Salahuddin. Jaminan Reynald d’ Chantillon akan dihukum membuat pasukan salahuddin mundur dan tak jadi menyerang Kerak.
Beberapa hari setelah itu, Raja meninggal akibat penyakit kusta yang dideritanya. Balian yang diminta untuk menikahi Sybilla oleh raja agar dapat menggantikannya menolak keinginan tersebut. Jadilah Guy d’ Lusignan yang menggantikan Raja baru Jerusalem. Guy d’ Lusignan yang gila perang membebaskan Reynald d’ Chantillon dan menyuruhnya membunuh kaum muslim termasuk adik salahuddin.
Mengetahui adiknya dibunuh dan kesepakatan telah dilanggar maka Salahuddin pun menyatakan perang kembali untuk merebut Jerusalem. Bak gayung bersambut, keinginan salahuddin tersebut langsung direspon positif oleh Guy d’ Lusignan. Dengan dukungan hampir seluruh Baron -kecuali Balian dan Tiberias- Guy d’ Lusignan berniat menyongsong serangan itu. Dan berangkatlah Pasukan salib ke medan pertempuran meski telah diperingatkan oleh Balian bahwa mereka akan kalah karena kurangnya persediaan air.
Benar saja, Pasukan itu dengan mudah dilumpuhkan Salahuddin. Dan target serangan berikutnya ialah membebaskan Paletina. Perlahan tapi pasti Pasukan Salahuddin menuju Jerusalem. Balian yang bertekad mempertahankan Jerusalem menyusun strategi dan membakar semangat penduduk kota untuk berperang bersamanya mempertahankan Jerusalem.
Sampailah pasukan Salahuddin di Jerusalem, Serangan gencar pun segera dilakukan untuk menembus dinding kota. Sementara Balian dengan sangat gigih berusaha mempertahankannya. Ratusan jiwa hilang karena perang tersebut. Hingga suatu hari runtuh lah dinding kota tersebut, perang langsung tak dapat dihindarkan, korban dari kedua belah pihak semakin banyak.
Akhirnya, Salahuddin menawarkan kesepakatan pada Balian. Ia meminta Balian menyerahkan Jerusalem padanya dan orang-orang kristiani akan mendapat jaminan pulang kembali ke negerinya dengan selamat. Balian yang masih ragu dengan kesepakatan itu awalnya tak ingin percaya, karena ketika tentara salib merebut Jerusalem seluruh kaum muslim dibantai tanpa ampun. Tapi kata-kata Salahuddin selanjutnya mampu meyakinkannya, “Aku bukan orang seperti itu, Aku Salahuddin, Salahuddin.”
Dan dengan kesepakatan itu Jerusalem diserahkan kepada Salahuddin dan orang-orang kristiani yang ingin kembali ke negerinya dikawal hingga ke pelabuhan sebagai jaminan keselamatan.
“Kalau ini memang kerajaan surga biarlah Tuhan yang mengatur sesuai kehendaknya” -BALIAN-
***
Film kolosal memang selalu menarik, tema cerita yang tak melulu sama seperti film pada umumnya menjadi daya tarik sendiri. Keterlibatan banyak orang sebagai pasukan perang juga menjadikan film-film seperti ini luar biasa. Hukum newton ketiga memang sangat berperan di dunia ini, termasuk dalam pembuatan film.
Pesan yang ingin diberikan dari film ini adalah tentang kerukunan hidup antar umat beragama. Bahwa dengan menaati kesepakatan maka sebenarnya tak perlu timbul perang. Namun kemudian ego dan kerakusan manusia –dunia sanggup memenuhi segala kebutuhan manusia, tapi tidak untuk kerakusannya (Mahatma Gandhi)- membuat kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat kerap kali dilanggar yang pada akhirnya hanya merugikan dirinya sendiri.
Kemudian sosok Balian serta Salahuddin juga patut dijadikan sebagai contoh pahlawan, dimana dua orang ini telah berjuang dengan sangat gigih mempertahankan keyakinannya masing-masing. Panglima-panglima besar, ahli strategi yang telah berperang dengan sangat luar biasa. Sekaligus mengajarkan bahwa dalam perang tak selamanya kemenangan diraih dengan menghancurkan salah satu pihak. Adakalanya kemenangan mampu diraih dengan tetap memberikan kemenangan pada pihak yang lain. semoga nilai-nilai kepahlawanan yang mereka tunjukkan mampu diwarisi tak hanya sekedar dikagumi.
Dan yang pasti hingga saat ini masalah Jerusalem (Jerusalem) adalah masalah kita bersama. Pembantaian dan penjajahan yang saat ini sedang terjadi disana merupakan tanggung jawab seluruh kaum muslim, bukan hanya penduduk disana. Tak seharusnya kita menutup mata atas itu semua, karena bukankah pengibaratan kaum muslim itu adalah seperti satu tubuh. Karena itu saat ini perlu adanya kemunculan orang seperti Salahuddin yang mati-matian memperjuangkan Jerusalem. Lantas dimana orang itu berada saat ini? Jangan tanya, dia adalah saya, anda dan mereka semua yang memang peduli terhadap Jerusalem. Orang-orang yang memiliki kesamaan pemikiran seperti yang dikatakan oleh Salahuddin tentang nilai Jerusalem bagi kaum muslim. “Nothing, but EVERYTHING.”
Continue reading...
Kingdom Of Heaven merupakan film kolosal yang bercerita tentang perebutan kota yerusalem antara kaum kristiani dengan tentara salibnya dan kaum muslim yang dipimpin salahuddin.
Cerita dimulai dengan diajaknya Balian (seorang Pandai Besi) oleh Godfrey (seorang Baron) yang ternyata adalah ayahnya sendiri untuk ikut ke Jerusalem sebagai penebusan dosanya yang telah menelantarkan anaknya selama ini. Di sisi lain, Balian yang baru saja kehilangan istrinya yang meninggal akibat bunuh diri saat itu merasa amat berdosa dan rapuh, dengan pertimbangan tersebut maka akhirnya ia ikut dalam rombongan tentara salib yang akan ke Jerusalem.
Namun akibat serangan dalam perjalanan, Godfrey meninggal sebelum sampai ke Jerusalem. Akhirnya Balian pun diangkat menjadi ksatria dan diminta untuk bersumpah setia melindungi raja mereka di Jerusalem oleh Godfrey sesaat sebelum ia menghembuskan nafas terakhirnya.
Di Jerusalem ia terlibat cinta lokasi dengan adik raja yang merupakan istri dari Guy d’ Lusignan, Sybilla. Konflik pun terjadi karena sejak awal Balian dan Guy d’ Lusignan punya hubungan yang kurang baik.
Balian terlibat perang pertama kali ketika ia harus menahan serangan salahuddin yang akan menyerang Kerak (benteng Reynald D Chantillon). Ia ingin menuntut balas atas kematian rombongan muslim yang dibantai oleh Reynald d’ Chantillon. Kalah jumlah, Balian dengan mudah dilumpuhkan, beruntung ia tak dibunuh karena pemimpin perang pasukan muslim saat itu sudah kenal sebelumnya dengannya.
Di saat genting itu kemudian muncullah rombongan tentara salib yang sudah siap berperang. Dua rombongan besar yang sudah siap berperang pun sudah saling berhadapan. Tinggal menunggu instruksi untuk menyerang maka meletuslah perang. Namun kemudian, pasukan tentara salib yang langsung dipimpin oleh raja mereka meminta perundingan. Dan terjadilah perundingan antara Raja dengan Salahuddin. Jaminan Reynald d’ Chantillon akan dihukum membuat pasukan salahuddin mundur dan tak jadi menyerang Kerak.
Beberapa hari setelah itu, Raja meninggal akibat penyakit kusta yang dideritanya. Balian yang diminta untuk menikahi Sybilla oleh raja agar dapat menggantikannya menolak keinginan tersebut. Jadilah Guy d’ Lusignan yang menggantikan Raja baru Jerusalem. Guy d’ Lusignan yang gila perang membebaskan Reynald d’ Chantillon dan menyuruhnya membunuh kaum muslim termasuk adik salahuddin.
Mengetahui adiknya dibunuh dan kesepakatan telah dilanggar maka Salahuddin pun menyatakan perang kembali untuk merebut Jerusalem. Bak gayung bersambut, keinginan salahuddin tersebut langsung direspon positif oleh Guy d’ Lusignan. Dengan dukungan hampir seluruh Baron -kecuali Balian dan Tiberias- Guy d’ Lusignan berniat menyongsong serangan itu. Dan berangkatlah Pasukan salib ke medan pertempuran meski telah diperingatkan oleh Balian bahwa mereka akan kalah karena kurangnya persediaan air.
Benar saja, Pasukan itu dengan mudah dilumpuhkan Salahuddin. Dan target serangan berikutnya ialah membebaskan Paletina. Perlahan tapi pasti Pasukan Salahuddin menuju Jerusalem. Balian yang bertekad mempertahankan Jerusalem menyusun strategi dan membakar semangat penduduk kota untuk berperang bersamanya mempertahankan Jerusalem.
Sampailah pasukan Salahuddin di Jerusalem, Serangan gencar pun segera dilakukan untuk menembus dinding kota. Sementara Balian dengan sangat gigih berusaha mempertahankannya. Ratusan jiwa hilang karena perang tersebut. Hingga suatu hari runtuh lah dinding kota tersebut, perang langsung tak dapat dihindarkan, korban dari kedua belah pihak semakin banyak.
Akhirnya, Salahuddin menawarkan kesepakatan pada Balian. Ia meminta Balian menyerahkan Jerusalem padanya dan orang-orang kristiani akan mendapat jaminan pulang kembali ke negerinya dengan selamat. Balian yang masih ragu dengan kesepakatan itu awalnya tak ingin percaya, karena ketika tentara salib merebut Jerusalem seluruh kaum muslim dibantai tanpa ampun. Tapi kata-kata Salahuddin selanjutnya mampu meyakinkannya, “Aku bukan orang seperti itu, Aku Salahuddin, Salahuddin.”
Dan dengan kesepakatan itu Jerusalem diserahkan kepada Salahuddin dan orang-orang kristiani yang ingin kembali ke negerinya dikawal hingga ke pelabuhan sebagai jaminan keselamatan.
“Kalau ini memang kerajaan surga biarlah Tuhan yang mengatur sesuai kehendaknya” -BALIAN-
***
Film kolosal memang selalu menarik, tema cerita yang tak melulu sama seperti film pada umumnya menjadi daya tarik sendiri. Keterlibatan banyak orang sebagai pasukan perang juga menjadikan film-film seperti ini luar biasa. Hukum newton ketiga memang sangat berperan di dunia ini, termasuk dalam pembuatan film.
Pesan yang ingin diberikan dari film ini adalah tentang kerukunan hidup antar umat beragama. Bahwa dengan menaati kesepakatan maka sebenarnya tak perlu timbul perang. Namun kemudian ego dan kerakusan manusia –dunia sanggup memenuhi segala kebutuhan manusia, tapi tidak untuk kerakusannya (Mahatma Gandhi)- membuat kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat kerap kali dilanggar yang pada akhirnya hanya merugikan dirinya sendiri.
Kemudian sosok Balian serta Salahuddin juga patut dijadikan sebagai contoh pahlawan, dimana dua orang ini telah berjuang dengan sangat gigih mempertahankan keyakinannya masing-masing. Panglima-panglima besar, ahli strategi yang telah berperang dengan sangat luar biasa. Sekaligus mengajarkan bahwa dalam perang tak selamanya kemenangan diraih dengan menghancurkan salah satu pihak. Adakalanya kemenangan mampu diraih dengan tetap memberikan kemenangan pada pihak yang lain. semoga nilai-nilai kepahlawanan yang mereka tunjukkan mampu diwarisi tak hanya sekedar dikagumi.
Dan yang pasti hingga saat ini masalah Jerusalem (Jerusalem) adalah masalah kita bersama. Pembantaian dan penjajahan yang saat ini sedang terjadi disana merupakan tanggung jawab seluruh kaum muslim, bukan hanya penduduk disana. Tak seharusnya kita menutup mata atas itu semua, karena bukankah pengibaratan kaum muslim itu adalah seperti satu tubuh. Karena itu saat ini perlu adanya kemunculan orang seperti Salahuddin yang mati-matian memperjuangkan Jerusalem. Lantas dimana orang itu berada saat ini? Jangan tanya, dia adalah saya, anda dan mereka semua yang memang peduli terhadap Jerusalem. Orang-orang yang memiliki kesamaan pemikiran seperti yang dikatakan oleh Salahuddin tentang nilai Jerusalem bagi kaum muslim. “Nothing, but EVERYTHING.”
***
AFRAHURRIJAL
Afrahurrijal, Kata ini saya temukan dalam sebuah tulisan karya Anis Matta yang sebenarnya saya juga kurang jelas apa artinya. Dalam tulisan tersebut ia berbicara tentang kedewasaan. Kedewasaan yang kerap kali terefleksikan dalam kegembiraan-kegembiraan, kesedihan-kesedihan serta ide-ide dan pikiran. Nuansa kedalaman jiwa yang terlihat dari motivasi kemunculannya yang terekspresikan dalam tindakannya.
Kedewasaan, kata ini menjadi cukup familiar bagi saya beberapa waktu belakangan ini. Ada yang mempertanyakan tentang kedewasaan sementara yang lain menganggap dirinya sudah terlalu dewasa hingga tak perlu orang lain mengatur dirinya yang sebenarnya merupakan bentuk kepedulian. Hal seperti ini harus menjadi pertanyaan sebenarnya, apakah ia merupakan bentuk kedewasaan atau keegoisan yang menunjukkan kekanakan.
Kedewasaan atau kekanakan pemikiran seseorang berkorelasi dengan kedewasaan dan kekanakan perasaannya. Begitu juga sebaliknya kedewasaan dan kekanakan perasaan seseorang mampu menekan kedewasaan dan kekanakan pemikirannya, begitu yang ditulis Anis Matta dalam tulisannya yang saya baca.
Ada baiknya menjadi koreksi diri bagi saya, anda dan kita semua tentang masalah kedewasaan ini. Baik kedewasaan dalam bersikap maupun kedewasaan dalam berpikir. Kalau tiap dari kita adalah seorang da’i, maka apa sebenarnya tujuan kita sebagai da’i dalam lintasan peradaban ini? Uang, kekuasaan, jabatan, wanita atau yang lain? maka perlu menjadi perhatian bersama, bahan muhasabah sehari-hari kita atas apa yang telah kita lakukan. Sudah seberapa dewasa kita dalam bersikap ataupun berpikir.
Dan kegembiraan-kegembiraan yang kita rasakan sebagai seorang da’i tentunya adalah sebuah wujud kedewasaan ketika apa yang kita citakan tercapai sekalipun bukan kita kemudian yang menguasainya, terserahlah siapapun yang memegangnya asal tujuan dan tugas kita sebagai seorang da’i dapat terwujud. Bukan kegembiraan politikus yang kemudian dalam mewujudkan tujuannya harus karena kontribusi tunggal dari dirinya dan ketika telah terwujud maka ia harus menguasainya.
Nah, lantas untuk menuju kedewasaan tentunya butuh keseimbangan dalam berpikir maupun bertindak. Karena tanpa keseimbangan tersebut kedewasaan hanya akan selalu menjadi utopia yang takkan pernah terwujud.
Continue reading...
Kedewasaan, kata ini menjadi cukup familiar bagi saya beberapa waktu belakangan ini. Ada yang mempertanyakan tentang kedewasaan sementara yang lain menganggap dirinya sudah terlalu dewasa hingga tak perlu orang lain mengatur dirinya yang sebenarnya merupakan bentuk kepedulian. Hal seperti ini harus menjadi pertanyaan sebenarnya, apakah ia merupakan bentuk kedewasaan atau keegoisan yang menunjukkan kekanakan.
Kedewasaan atau kekanakan pemikiran seseorang berkorelasi dengan kedewasaan dan kekanakan perasaannya. Begitu juga sebaliknya kedewasaan dan kekanakan perasaan seseorang mampu menekan kedewasaan dan kekanakan pemikirannya, begitu yang ditulis Anis Matta dalam tulisannya yang saya baca.
Ada baiknya menjadi koreksi diri bagi saya, anda dan kita semua tentang masalah kedewasaan ini. Baik kedewasaan dalam bersikap maupun kedewasaan dalam berpikir. Kalau tiap dari kita adalah seorang da’i, maka apa sebenarnya tujuan kita sebagai da’i dalam lintasan peradaban ini? Uang, kekuasaan, jabatan, wanita atau yang lain? maka perlu menjadi perhatian bersama, bahan muhasabah sehari-hari kita atas apa yang telah kita lakukan. Sudah seberapa dewasa kita dalam bersikap ataupun berpikir.
Dan kegembiraan-kegembiraan yang kita rasakan sebagai seorang da’i tentunya adalah sebuah wujud kedewasaan ketika apa yang kita citakan tercapai sekalipun bukan kita kemudian yang menguasainya, terserahlah siapapun yang memegangnya asal tujuan dan tugas kita sebagai seorang da’i dapat terwujud. Bukan kegembiraan politikus yang kemudian dalam mewujudkan tujuannya harus karena kontribusi tunggal dari dirinya dan ketika telah terwujud maka ia harus menguasainya.
Nah, lantas untuk menuju kedewasaan tentunya butuh keseimbangan dalam berpikir maupun bertindak. Karena tanpa keseimbangan tersebut kedewasaan hanya akan selalu menjadi utopia yang takkan pernah terwujud.
***
Senin, 20 April 2009
BECOMING IMMORTAL
Manusia itu bagai rombongan seratus onta, hampir-hampir tak kau temukan ada yang layak diantara mereka untuk jadi penggembala. (Al Hadits)
Hadits di atas merupakan refleksi dari kekerdilan jiwa. Refleksi dimana dalam sejarah peradaban seorang manusia tidak akan pernah menjadi manusia dengan ‘M’ besar. Menjadi manusia biasa seperti layaknya orang kebanyakan. Tak ada yang spesial, tak ada ciri khas, tak menonjol dan biasa saja. Terus menjadi manusia-manusia kecil yang berjiwa kerdil.
Disebutkan Sayyid Quthb bahwa : “Siapa yang hidup bagi dirinya sendiri maka ia akan hidup sebagai manusia kecil dan mati sebagai manusia kecil. Sedangkan mereka yang hidup bagi orang lain akan hidup sebagai manusia besar dan takkan mati selamanya.”
Ternyata begitu mudahnya menjadi seorang manusia besar, kita hanya perlu menjadi orang yang mengabdikan diri kita pada kemaslahatan orang banyak, mendobrak status quo ‘seratus onta’. Karena dengan berarti bagi orang lain maka itu sama dengan menuliskan nama kita dalam lembaran hatinya, sedang berarti bagi diri sendiri sama saja dengan menggali kuburan kita dan masuk ke dalamnya bahkan sebelum waktunya.
Sekarang ini akan banyak kita temui orang-orang yang begitu mengutamakan kepentingan dirinya di atas kepentingan orang lain. Masing-masing kita hanya sibuk dengan hak-hak yang harus kita terima tanpa pernah sekalipun melihat apa kontribusi yang sudah kita berikan sebagai kontributor peradaban.
Andai kita semua bisa memaknai esensi sebenarnya dari kehidupan ini, memberikan manfaat yang sebesar-besarnya pada orang lain. Maka seluruh orang di dunia ini akan lepas dari status ‘seratus onta’ dan hidup selamanya.
Karena sejatinya yang membuat abadi adalah kehendak orang lain untuk terus menghidupkan kita di tengah dirinya, di dalam komunitasnya sekalipun kita sudah tiada.
***
Continue reading...
Hadits di atas merupakan refleksi dari kekerdilan jiwa. Refleksi dimana dalam sejarah peradaban seorang manusia tidak akan pernah menjadi manusia dengan ‘M’ besar. Menjadi manusia biasa seperti layaknya orang kebanyakan. Tak ada yang spesial, tak ada ciri khas, tak menonjol dan biasa saja. Terus menjadi manusia-manusia kecil yang berjiwa kerdil.
Disebutkan Sayyid Quthb bahwa : “Siapa yang hidup bagi dirinya sendiri maka ia akan hidup sebagai manusia kecil dan mati sebagai manusia kecil. Sedangkan mereka yang hidup bagi orang lain akan hidup sebagai manusia besar dan takkan mati selamanya.”
Ternyata begitu mudahnya menjadi seorang manusia besar, kita hanya perlu menjadi orang yang mengabdikan diri kita pada kemaslahatan orang banyak, mendobrak status quo ‘seratus onta’. Karena dengan berarti bagi orang lain maka itu sama dengan menuliskan nama kita dalam lembaran hatinya, sedang berarti bagi diri sendiri sama saja dengan menggali kuburan kita dan masuk ke dalamnya bahkan sebelum waktunya.
Sekarang ini akan banyak kita temui orang-orang yang begitu mengutamakan kepentingan dirinya di atas kepentingan orang lain. Masing-masing kita hanya sibuk dengan hak-hak yang harus kita terima tanpa pernah sekalipun melihat apa kontribusi yang sudah kita berikan sebagai kontributor peradaban.
Andai kita semua bisa memaknai esensi sebenarnya dari kehidupan ini, memberikan manfaat yang sebesar-besarnya pada orang lain. Maka seluruh orang di dunia ini akan lepas dari status ‘seratus onta’ dan hidup selamanya.
Karena sejatinya yang membuat abadi adalah kehendak orang lain untuk terus menghidupkan kita di tengah dirinya, di dalam komunitasnya sekalipun kita sudah tiada.
***
Jumat, 17 April 2009
Masuk Koran,,
Hari ini nama saya muncul di koran lokal Kota ini (Batampos). Bukan karena pengiriman opini yang kerap saya lakukan tapi berita feature tentang proses quick count yang beberapa waktu lalu KAMMI selenggarakan.
Malu rasanya masuk koran seperti ini.
-semoga bukan dalam upaya untuk tetap exist-
Continue reading...
Malu rasanya masuk koran seperti ini.
-semoga bukan dalam upaya untuk tetap exist-
Selasa, 07 April 2009
Antara Tugas dan Waktu,,
Kemarin adalah saat dimana saya berkumpul kembali dengan teman-teman saya. Saya kangen mereka, setelah selama ini saya menghabiskan waktu di tempat magang dan berjumpa dengan orang-orang itu saja dan aktivitas yang itu-itu saja, kemarin saya kembali ke kampus rapat, diskusi dan tertawa bersama mereka. menikmati hari-hari akhir saya sebagai seorang mahasiswa.
otak saya yang kemarin sempat mandeg, tak bisa bekerja dengan normal dan malas selalu melakukan sesuatu kemarin berputar kembali. Dan berbagai macam proyek sudah menumpuk di depan mata. mulai dari akademis, organisasi, bisnis dan lainnya.
Hmm, tugas kita memang lebih banyak dari waktu yang tersedia..
Continue reading...
otak saya yang kemarin sempat mandeg, tak bisa bekerja dengan normal dan malas selalu melakukan sesuatu kemarin berputar kembali. Dan berbagai macam proyek sudah menumpuk di depan mata. mulai dari akademis, organisasi, bisnis dan lainnya.
Hmm, tugas kita memang lebih banyak dari waktu yang tersedia..
New Entry,,
Ini tulisan terbaru saya setelah sekian lama tak mengupdate blog ini. Dari kemarin selalu buka blog ini sebetulnya, hanya saja keinginan untuk menulis itu tak ada sama sekali. Sialnya sudah beberapa orang menugaskan saya untuk menulis yang hal itu tak dapat saya limpahkan atau sub-con kan ke orang lain. Tapi hal ini tak boleh terlalu lama terjadi, saya tak ingin terlalu lama berada dalam lembah kemalasan dalam diri.
Akhir-akhir ini keadaan semakin menarik. Beberapa tingkah teman-teman yang saya anggap terlalu kreatif menggebu-gebu, membuat perhatian saya tercuri padanya. Padahal tanpa harus memperhatikan permasalahan ini, sudah banyak permasalahan lain yang menumpuk.
Keputusan-keputusan yang diambil hanya berdasarkan lintasan-lintasan pikiran tanpa disertai data serta analisis mendalam membuat semuanya hampir tak lagi tersusun rapi. Keadaan yang terjadi sekarang malah parah sekali menurut saya. Pergolakan yang terjadi di internal benar-benar lebih membahayakan dibandingkan menghadapi musuh di luar. Tak lucu rasanya kalau hancur karena pertengkaran antar sesama. Alih-alih bertransformasi menjadi dewasa, yang terjadi malah pembuktian betapa tidak dewasanya dalam bersikap.
Tapi apapun yang terjadi itulah konsekuensinya, semoga bisa jadi pelajaran yang baik untuk semua.
yang lainnya adalah, betapa tak habis pikirnya saya mengetahui kenyataan bahwa orang-orang yang selama ini bergerak dalam komunitas ini ternyata hanyalah orang-orang ambisius yang mengejar sesuatu (saya tak ingin percaya ini sebenarnya). Satu persatu mundur dan atau menghilang begitu saja. Tak mau lagi sharing, tak mau lagi cerita dan tak mau lagi bergerak dalam barisan ini.
Semoga mereka cepat kembali..
Continue reading...
Akhir-akhir ini keadaan semakin menarik. Beberapa tingkah teman-teman yang saya anggap terlalu kreatif menggebu-gebu, membuat perhatian saya tercuri padanya. Padahal tanpa harus memperhatikan permasalahan ini, sudah banyak permasalahan lain yang menumpuk.
Keputusan-keputusan yang diambil hanya berdasarkan lintasan-lintasan pikiran tanpa disertai data serta analisis mendalam membuat semuanya hampir tak lagi tersusun rapi. Keadaan yang terjadi sekarang malah parah sekali menurut saya. Pergolakan yang terjadi di internal benar-benar lebih membahayakan dibandingkan menghadapi musuh di luar. Tak lucu rasanya kalau hancur karena pertengkaran antar sesama. Alih-alih bertransformasi menjadi dewasa, yang terjadi malah pembuktian betapa tidak dewasanya dalam bersikap.
Tapi apapun yang terjadi itulah konsekuensinya, semoga bisa jadi pelajaran yang baik untuk semua.
yang lainnya adalah, betapa tak habis pikirnya saya mengetahui kenyataan bahwa orang-orang yang selama ini bergerak dalam komunitas ini ternyata hanyalah orang-orang ambisius yang mengejar sesuatu (saya tak ingin percaya ini sebenarnya). Satu persatu mundur dan atau menghilang begitu saja. Tak mau lagi sharing, tak mau lagi cerita dan tak mau lagi bergerak dalam barisan ini.
Semoga mereka cepat kembali..
Langganan:
Postingan (Atom)