hari ini saya mendapatkan kenyataan bahwa dalam soal pelayanan negeri ini memang tak bisa memberikan yang terbaik bagi rakyatnya. berbagai realitas tentang persoalan ini banyak terjadi di sekitar kita. banyak contohnya, pengurusan KTP yang lama dan berbelit-belit, pengurusan surat usaha yang juga tak kalah lama, masalah yang berhubungan dengan birokrasi selalu lama bahkan kadang tak jelas juntrungannya.
Hari ini saya mengalaminya sendiri. di kantor yang hampir berubah jadi tempat belajar kelompok itu saya mendapati bahwa negara ini memang tak becus mengurusi rakyatnya. pegawai disana hampir kehilangan sopan santun sama sekali menghadapi orng-orang yang membayar biaya hidu mereka tiap bulannya.
Datang kesana tanpa bekal sedikitpun tentang persoalan yang akan saya urus, saya pun coba bertanya dengan petugas disana. Sambutan yang sangat tidak ramah diberikan mereka, jangankan menyambut dengan senyum dan sapaan "ada yang bisa dibantu?" mereka malah terlihat pura-pura tak tahu. Saya jadi heran ini orang atau batu?
Akhirnya setelah celingak-celinguk kebingungan disana saya bertanya pada seorang pegawai disana. Hasilnya, saya dioper dari satu meja ke meja yang lain. "Pegawai disini pada bisa kerja gak sih?" teriak saya dalam hati. Untuk pertanyaan yang harus dijawab dengan pertanyaan simpel saja mereka tak mau, tak bisa, atau tak tahu.
Dengan perlakuan seperti ini, sontak saya langsung tak bisa terima. tapi untuk teriak-teriak disana saya masih belum lakukan karena logika saya masih mampu menahannya. dan dengan perasaan marah yang amat sangat, saya berlalu pergi tanpa megucapkan terima kasih atau basa-basi sedikitpun dengan pegawai yang sedang ada di hadapan saya.
Dalam perjalanan, saya hanya berpikir negeri ini baiknya di swastanisasi saja. semua pelayanan tadi pasti tak akan terjadi kalau swasta yang mengelola. senyum dan pelayanan terbaik selalu menjadi komitmen yang dipegang oleh perusahaan swasta. Pegawai-pegawai negeri itu perlu tambahan pendidikan moral tiap minggunya, agar mereka bisa menghargai orang-orang yang membayar biaya hidup mereka.
Hari ini saya mengalaminya sendiri. di kantor yang hampir berubah jadi tempat belajar kelompok itu saya mendapati bahwa negara ini memang tak becus mengurusi rakyatnya. pegawai disana hampir kehilangan sopan santun sama sekali menghadapi orng-orang yang membayar biaya hidu mereka tiap bulannya.
Datang kesana tanpa bekal sedikitpun tentang persoalan yang akan saya urus, saya pun coba bertanya dengan petugas disana. Sambutan yang sangat tidak ramah diberikan mereka, jangankan menyambut dengan senyum dan sapaan "ada yang bisa dibantu?" mereka malah terlihat pura-pura tak tahu. Saya jadi heran ini orang atau batu?
Akhirnya setelah celingak-celinguk kebingungan disana saya bertanya pada seorang pegawai disana. Hasilnya, saya dioper dari satu meja ke meja yang lain. "Pegawai disini pada bisa kerja gak sih?" teriak saya dalam hati. Untuk pertanyaan yang harus dijawab dengan pertanyaan simpel saja mereka tak mau, tak bisa, atau tak tahu.
Dengan perlakuan seperti ini, sontak saya langsung tak bisa terima. tapi untuk teriak-teriak disana saya masih belum lakukan karena logika saya masih mampu menahannya. dan dengan perasaan marah yang amat sangat, saya berlalu pergi tanpa megucapkan terima kasih atau basa-basi sedikitpun dengan pegawai yang sedang ada di hadapan saya.
Dalam perjalanan, saya hanya berpikir negeri ini baiknya di swastanisasi saja. semua pelayanan tadi pasti tak akan terjadi kalau swasta yang mengelola. senyum dan pelayanan terbaik selalu menjadi komitmen yang dipegang oleh perusahaan swasta. Pegawai-pegawai negeri itu perlu tambahan pendidikan moral tiap minggunya, agar mereka bisa menghargai orang-orang yang membayar biaya hidup mereka.
0 komentar:
Posting Komentar