Kamis, 06 Agustus 2009

KETIKA “SANG MUNAFIK” BEKERJA

Kemarin saya baru saja menonton sebuah reality show yang sungguh sangat tidak bermutu. Acara televisi dari hari ke hari makin tak mendidik saja rasanya, sampai reality show seperti ini pun diputar juga. Ada sedikit perubahan dari acara reality show ini dari yang biasanya. Kalau biasanya menggunakan sistem investigasi maka kali ini formatnya berada dalam studio. Tapi permasalahan yang dibahas tetap saja masalah cinta.

Tingkah laku orang-orang ini, yang membuka aibnya di depan umum sungguh memalukan. Ingin rasanya memaki kalau perlu memukuli orang yang terlibat dalam acara tersebut saking bencinya saya pada apa yang mereka lakukan.

Sekarang mari saya ceritakan ulang betapa bodoh dan noraknya orang-orang ini. Ceritanya bermula tentang laporan adanya permasalahan entah dari pasangan tak resmi (pacar.red) atau dari sahabatnya sendiri kurang tahu juga karena saya menontonnya saat pertengahan. Yang pasti ketika itu mereka terlibat adu mulut. Si tersangka sedang marah karena sahabatnya sendiri ternyata mengkhianati dengan menceritakan perilakunya pada pacarnya. Dia menuduh kalau sahabatnya itu berbohong padanya, tapi yang sebenarnya si sahabat ini hanya dendam karena pacarnya direbut si tersangka ini. Sementara diantaranya pacar si tersangka sudah menangis dengan tersedu-sedu.

Keadaan makin runyam, si tersangka makin tersudut ketika si sahabat membawa pacarnya untuk memberikan kesaksian. Lalu muncul pula pasangan tak resmi (pacarlagi.red) yang tentu saja makin memojokkan si tersangka ini. Wajahnya sudah pucat pasi, keadaanyya saat ini sudah seperti maling yang tertangkap basah oleh warga, bedanya yang memergokinya saat ini adalah jutaan pasang mata masyarakat Indonesia. Saya prediksikan keadaannya saat itu pastilah lebih parah dari maling yang dipergoki warga tersebut. Dipukuli secara fisik memang tidak, tapi dipukuli secara psikis hingga malu seperti itu pasti efeknya lebih parah ketimbang maling tadi.

Dan akhirnya, si sahabat tadi mengeluarkan kartu truf nya dengan mengatakan bahwa si tersangka adalah simpanan tante-tante. Haha, dan tentu saja ini sudah merupakan pukulan yang sangat telak untuk membuat mental si tersangka ini jatuh di dasar yang dalam sekali.

Sepanjang pertunjukan ini saya terus memaki orang-orang ini, mengomentari betapa bodohnya orang-orang ini dan mengkritisi serta menuntut agar acara ini baiknya dihilangkan saja karena tak mendidik sama sekali. Tapi perlahan dalam memaki itu saya kembali melihat diri sendiri, kalau saya memang tak suka kenapa saya bisa terus menonton acara ini walaupun sambil memaki, kalau saya anggap orang –orang ini bodoh karena membuka aibnya sendiri maka pastinya saya lebih bodoh lagi karena menonton acara bodoh ini, kalau saya menuntut untuk menghapus acara ini, kenapa saya terus menonton dan menikmati.

Akhirnya saya sadari saya tak semulia itu, kalau hanya untuk sekedar masalah acara tak berkualitas saja saya bisa munafik seperti ini pastilah saya hanya seorang yang suka berpura-pura mulia di hadapan forum mulia.

Ah, baru sebatas ini ternyata perjalanan kehidupan spiritual saya..

***

1 komentar:

yuda-saputra mengatakan...

bro belum tahu ya kalau acara yang semacam itu adalah rekayasa bukan real.itu hanya rekayasa.
masa iya ada orang yang mau di permalukan di deepan umm seh.....