Selasa, 30 Juni 2009

Mengeluh [sebelum 30 tahun]

Setelah hari sebelumnya saya ga ada keluar rumah sama sekali, hari ini mulai habis tengah hari kegiatan saya padat sekali. Dimulai dengan rapat proyek masa depan [perlu tambahan dana, ada yang mau jadi investor. Siap presentasikan proposal bisnis]. Agenda hari itu tak terlalu banyak, hanya membahas angket kuesioner, tarif iklan dan status teman kami.

Hari sebelumnya dia sudah menanyakan alasan kenapa harus ada dia di tim kami, tak saya jawab, karena saya sudah malas [rasanya seperti melihat diri sendiri] dan tak tahu apa alasannya. Menunggu dia, cukup lama, sampai akhirnya dia tiba. Sedikit melanjutkan pembahasan sebelumnya sampai akhirnya menyinggung masalah itu. Menanyakan keinginan dia, masih terus ingin di tim ini atau pergi.

Dengan alasan normative [yang saya rasa tak jujur] dia memutuskan untuk mundur. Ok, fine. Tak masalah buat saya walau sebenarnya alasannya tak saya mengerti. Tapi kadang ada tindakan yang tak perlu sebuah alasan untuk melakukannya. Yang penting senang. Dan saya tak ingin mendebat lagi. Karena percuma saja, kalau bukan dari panggilan pribadi, hal ini akan selalu berulang lagi.

Kami meneruskan proyek itu bertiga saat ini.

Setelah rapat ini saya dapat undangan lagi dari teman SMK saya, Yuda. Ajakan ngobrol sambil ngopi di Mega Mall. Haah, saya tak suka dengan ajakan ini. Akhirnya saya pulang saja. Karena malamnya ada pertemuan lagi dengan seseorang. Jam 8, saya pergi menemui orang tersebut dan diskusi [sekitar 3 jam], sebenarnya lebih tepat disebut curhat ketimbang diskusi.

Keluhan saya banyak sekali.

***

Rasanya, saya jadi orang yang terlalu sering mengeluh akhir-akhir ini. Ketidakpuasan terhadap sesuatu membuat saya menjadi orang yang paling jago dalam hal mengkritik. Saya rasa salah. Tak seharusnya saya menunjukkan jari tangan saya ke orang lain, menyalahkannya. Harus lebih sering introspeksi diri. Hal yang paling sulit adalah ketika harus mengarahkan telunjuk saya ke diri sendiri ketika mengalami ketidakpuasan.

Masih terlalu muda. Lagi-lagi itu kalimat yang harus saya terima ketika saya tak puas dengan segalanya.

Tapi biarlah, saya ingin tetap seperti ini. Menjadi orang yang keras kepala dan tak puas dengan segalanya, memberontak dan melawan segal-gala yang non-humanis. Setidaknya sampai saya berumur 30 tahun.

0 komentar: