Kamis, 04 Juni 2009

KONSEKUENSI,,

Sudah 2 pagi belakangan ini hujan terus turun dan berhenti pada jam 7 nya. Setelah beberapa waktu hanya mengisi blog dengan lirik lagu untuk mengatasi kevakuman, akhirnya pagi ini saya memulai untuk menulis kembali. Memulai untuk melakukan kegiatan yang sepertinya telah cukup lama tertinggalkan.

Sudah dua hari berlalu sejak ujian sidang penentuan kelulusan. Pagi ini saya mulai dengan membaca koleksi komik lama saya, Yu-Gi-Oh. Nostalgia membaca komik dengan cerita-cerita ringan, sesuatu yang sudah lama tak saya lakukan. Heh, saya jadi merindukan masa-masa ketika sibuk mengoleksi komik dan membahasnya dengan teman-teman saya.

Oya, kemarin kiriman buku yang saya pesan baru saja sampai. Lumayan cepat juga, rasanya ini cara yang cukup praktis untuk membeli buku. Rectoverso dan Catatan Seorang Demonstran [Soe Hok Gie]. Khusus untuk CSD, senang rasanya bisa mendapatkan buku ini. Sudah cari di berbagai toko buku tapi tak pernah ketemu, akhirnya Buku legendaris catatan seorang aktivis idealis ini berada dalam genggaman saya, seutuhnya.

Isi buku ini merupakan catatan harian dari Soe Hok Gie, seorang aktivis yang meninggal pada usia 27 tahun di puncak gunung Semeru akibat keracunan gas kawah gunung. Buku dengan sampul berwarna hitam, merah dan putih ini merupakan tuangan kegalauan dari seorang aktivis intelektual dari kalangan sekuler.

Sudah beberapa minggu sejak saya mulai menarik diri dari kesibukan organisasi, dan efeknya saat ini mulai terlihat. Hubungan saya dengan beberapa orang di organisasi yang semula akrab berubah menjadi kaku. Mungkin karena saya yang menjauh memang, tapi baguslah, memang itu yang saya harapkan.

Saya tak ingin terlalu larut dalam suasana emosional yang pada akhirnya hanya melahirkan romantisme-romantisme tolol yang hampir tak ada gunanya. Kalaulah akibat dari semua ini adalah kesendirian maka saya akan lebih menyukai hal tersebut. Rasanya kesendirian lebih baik daripada hidup terkotak-kotakkan dan saling menjatuhkan. Bukankah Tuhan juga berkuasa dengan kesendiriannya.

Mengharapkan kebenaran dari hidup yang terkotak-kotakkan seperti itu naif rasanya. Mencari kebenaran perlu dilakukan dengan membuka pintu, jendela dan seluruh saluran kebenaran. Menerima cahaya kebenaran dari langit dari segala penjuru. Karena kebenaran hanya ada di langit, di dunia hanya ada palsu, palsu dan palsu...

***

0 komentar: